Wednesday, July 14, 2021

PPKM, Online Class, Officially student. Yeay!

 ...Akupun tersenyum

Menanti esok hari

Tak sabar ingin bersama

Teman-temanku lagi...

Theme song series Belinda itu sering dinyanyiin anakku. Jangan pancing dia dengan lirik lagu itu, dia bakalan nyanyikan satu lagu penuh dengan nyaring. 

Minggu ini sesuai kalender pendidikan sudah mulai masuk tahun ajaran baru ya, siap-siap nih anak-anak masuk sekolah. Yang anak-anaknya masih usia preschool atau primary school orang tuanya harus bersiap juga. Bersiap mendampingi anak belajar online. Yang anaknya dua atau tiga dan masih harus di dampingi, good job, you are a hero! 😂 Selama tahun ajaran kemarin, aku sudah merasakan gimana luar biasanya kegiatan belajar dan mengajar online untuk anak SMP, sekarang saatnya ngikutin Ziya belajar online. 

Pertama dapat kabar dari wali kelasnya kalau Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS)-nya online hatiku langsung deg deg serrrr kayak mau ketemu Lee Seung Gi. Sesuai jadwal PLS nya tanggal 12-14 Juli 2021 online via zoom. Hari pertama masuk sekolah online, aku yang cenut-cenut. Aku nggak khawatir soal bangun, mandi atau sarapan karena Ziya memang sudah terbiasa bangun pagi, mandi pagi dan langsung sarapan setelah itu baru dia main atau yang lainnya. Yang aku khawatirkan adalah gimana kalau dia ngambek terus nangis, frekuensi nangis dia itu setara dengan seringnya Rafi Ahmad muncul di TV. Hari pertama dia PLS online, aku nggak bangun lebih pagi sih cuma aku nggak sepedaan setelah subuh. Ya ngepasin supaya sempat nyuci, masak, mandi, sarapan dan siap di depan laptop sebelum jam 7.30 pagi. 

Hari pertama dijadwalkan untuk perkenalan baik perkenalan dari guru maupun dari siswa. Malam sebelumnya aku sudah bilang ke Ziya kalau besok dia harus memperkenalkan diri ke teman-temannya. Pada dasarnya dia sudah tahu dimana dia tinggal, dia umur brp, rumahnya dimana, siapa nama ayah dan ibunya. Tapi aku bilang perkenalannya singkat saja sebutkan nama lengkap, nama panggilan dan rumahnya dimana. Singkat cerita anak ini menambahkan Hai teman-teman setelah salam. Ya sudahlah, I think it's cute. Jadi di hari pertama itu setelah sekitar 30 menit dia mulai gelisah karena nama dia kok belum dipanggil. Aku berusaha memberi pengertian kalau perkenalannya gantian, bu guru manggil sesuai daftar dan daftar nama dia ada di bawah. Okelah dia kayaknya ngerti tapi sambil manyun-manyun gitu nunggunya. Sambil mainin action figur abahnya yg ada di atas meja lah, sambil coret-coret di bukunya, pokoknya ada aja. Akhirnya tibalah giliran dia, langsung berubah raut mukanya. Ceria. Kelas pertama PLS ini sekitar 1 jam, dan aku sudah bersyukur dia nggak lari-larian kesana kemari selama kelasnya. I couldn't ask more. Setelah kelas zoom selesai rupanya ada tugas untuk hari itu, siswa diminta untuk menyimak video PLS sekolah. Tadinya kupikir dia akan nolak, ternyata dia mau. Beberapa menit pertama dia masih datar-datar aja nyimak video nya, setelah beberapa menit dia jadi excited karena melihat kelasnya, yang dulu dia sudah pernah lihat waktu observasi untuk masuk TK. Syukurlah. Karena diminta untuk mengirimkan foto ketika anak-anak menyimak video PLS, maka jadilah foto dibawah ini.


Hari kedua PLS online, jadwalnya pengenalan lingkungan belajar. Hari kedua ini sejak bangun tidur Ziya sudah heboh "Ma, cepat ma Ziya sekolah nanti terlambat". OMG, masih belum jam 7 dia sudah heboh nyuruh mamanya siap-siap. Artinya dia senang sekolah, meskipun online. Dia mulai nanya apa temannya sama dengan yang kemarin, berapa banyak temannya, hari ini mau ngapain. Pokoknya banyak tanya anak ini. Kadang kalau pertanyaannya sulit kaya misalnya pas dia lihat aku bersihin udang galah terus aku ngeluarin kotorn dari kepalanya dia nanya kenapa kotorannya di kepala ma, kenapa udang nggak punya perut, kenapa capitnya ada yang besar ada yang kecil, I feel like I wanna dig a hole and hide there, aku menyesal kenapa waktu pelajaran biologi dulu aku bebal. Karena pertanyaan-pertanyaan dia aku banyak menyesali kenapa waktu sekolah dulu aku let it flow aja, nggak rajin-rajin membaca. Kalau aku lagi pegang HP bisa langsung nanya Google tapi pas enggak, rasanya aku selalu nyari jawaban yang masuk akal aja supaya pertanyaan dia terjawab. Maafkan aku. 

Kelas PLS online hari kedua dimulai jam 7.30, ya agak molor dikit lah. Biasa nunggu peserta zoom nya. Zoom meeting orang dewasa aja sering nolor apalagi ini pesertanya anak-anak. Hari kedua lumayan oke. Ziya senang karena dia bisa melihat sekolahnya, meskipun online. Kelas kedua ini juga nggak se-chaos kelas hari pertama karena anak-anak nggak perlu ngomong satu per satu. Aku salut dengan gurunya, nggak mudah zoom dengan anak-anak. Bersyukur anak-anak ini beberapa bukan tipe pemalu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan gurunya. Bagiku, anak usia 4-5 tahun mau duduk ikut kelas zoom, mau menyahuti "semangat" ketika gurunya tanya "masih semangat sekolah?" itu udah luar biasa. 

PLS hari kedua

PLS hari kedua ini Ziya nggak mau ikut kelas dari teras depan aja. Baiklah, aku ikut aja asal dia mau. Kupikir tidak ada salahnya guga ikut kelas di luar rumah, kegiatan KBM saja bisa outdoor. Sekolah alam juga ada. Selama kelas berlangsung aku memang sengaja nggak ngasih tau dia jawaban apa yang harud dia berikan ketika gurunya nanya sesuatu. Kenapa? Karena nanti kalau dia sekolah, aku nggak ikut masuk kelas, dia sendirian belajar bersama teman-teman dan gurunya. Tapi sejauh ini reslon dia baik, dia juga paham untuk menanggapi perkataan gurunya. Misalnya ketika gurunya tanya "siapa yang suka makan sayur angkat tangannya?", dia angkat tangan. Lalu juga dia bisa menyebutkan jenis-jenis sayuran kerika ditanya. Ada satu waktu ketika gurunya bilang "coba sebutkan warna-warna sayuran", Ziya bilang "hijau, orange, ungu, merah..."
Aku bengong dan mikir "eh, merah? Sayuran apaan?". Aku diam ngikutin kelas dia sampai akhir, lalu aku tanya "Eh Zi, sayuran apa warna merah tadi?" Dan dia jawab "Tomato".
Oh gosh! Aku yg sering di belanja ke pasar sampai lupa kalau tomat kalau matang warnanya merah, dan ada juga bayam merah yang biasa aku beli di pasar. Maafkan mamanya. Selesai hari kedua, rasa was-was sudah mulai berkurang ni, nggak seperti hari pertama yang dag dig dug kayak mau minjem duit tapi nggak berai ngomong takut nggak dipinjemin. Hahahaha

Hari terakhir PLS, jadwalnya pengenalan kegiatan belajar. Hari ketiga ini cukup syahdu, pagi-pagi subuh sudah hujan. Kata siapa hujan itu romantis, pagi-pagi gini dingin euyy, bikin mager. Tapi nggak ada kata mager buat emak-emak yang anaknya harus sekolah online di pagi hari. Nggak ada waktu buat kruntelan di tempat tidur. Nggak ada ceritanya mamanya tidur terus bangun-bangun udah nyium bau sarapan pagi dan kopi karena lakinya udah bangun duluan dan nyiapin sarapan. Itu cuma ada di drama saudara, mungkin ada sih di dunia nyata tapi aku yakin dikit banget. Bukan berarti bapak-bapak nggak bangun pagi, tapi prioritas bapak-bapak bangun pagi itu mungkin lain dari prioritas ibu-ibu. 😁

Hari ketiga ini kebetulan aku ada jadwal Hari pertama dijadwalkan untuk perkenalan baik perkenalan dari guru maupun dari siswa. Malah mari sebelumnya aku sudah bilang ke Ziya kalau besok dia harus memperkenalkan diri ke teman-temannya. Pada dasarnya dia sudah tahu dimana dia tinggal, dia umur brp, rumahnya dimana, siapa nama ayah dan ibunya. Tapi aku bilang perkenalannya singkat saja sebutkan nama lengkap, nama panggilan dan rumahnya dimana. Singkat cerita anak ini menambahkan Hai teman-teman setelah salam. Ya sudahlah, I think it's cute. Jadi di hari pertama itu setelah sekitar 30 menit dia mulai gelisah karena nama dia kok belum dipanggil. Aku berusaha memberi pengertian kalau perkenalannya gantian, bu guru manggil sesuai daftar dan daftar nama dia ada di bawah. Okelah dia kayaknya ngerti tapi sambil manyun-manyun gitu nunggunya. Sambil mainin action figur abahnya yg ada di atas meja lah, sambil coret-coret di bukunya, pokoknya ada aja. Akhirnya tibalah giliran dia, langsung berubah raut mukanya. Ceria. Kelas pertama PLS ini sekitar 1 jam, dan aku sudah bersyukur dia nggak lari-larian kesana kemari selama kelasnya. I couldn't ask more. Setelah kelas zoom selesai rupanya ada tugas untuk hari itu, siswa diminta untuk menyimak video PLS sekolah. Tadinya kupikir dia akan nolak, ternyata dia mau. Beberapa menit pertama dia masih datar-datar aja nyimak video nya, setelah beberapa menit dia jadi excited karena melihat kelasnya, yang dulu dia sudah pernah lihat waktu observasi untuk masuk TK. Syukurlah. Karena diminta untuk mengirimkan foto ketika anak-anak menyimak video PLS, maka jafilah foto dibawah ini. meeting juga berhubungan dengan kerjaan. Jam nya pagi juga sampai sore. Rencana awal sih ziya ikut kelas dari HPku dan zoom meetingku pakai laptop, tapi apa daya laptopku rusak hari sebelumnya. Eh si bapak dengan baik hatinya mundurin jadwalnya ngantor dan minjemin laptop buat zoom class anaknya. I love you, babe. 😋 
Hari ketiga sepertinya Ziya nervous karena ada abahnya juga neneknya ikut ngliatin dia sekolah. Bisa aja ni anak. 


Tadinya abahnya mengganti background zoom  dia dengan gambar taman, dia juga yang mau. Eh di tengah-tengah meeting dia mau ganti background, aduh! Akhirnya aku bilang abahnya hilangin aja background nya. Maksud ai bapak sih baik, biar nggak kelihatan kalau ada yang lewat di belakangnya dll tapi namanya Ziya, dia malah pengen ganti-ganti background. Anakku! 
Kelas ketiga ini cukup menyenangkan juga buat Ziya sepertinya. Dia ditunjukkan kalau nanti di sekolah akan menggambar bersama, mewarnai, menempel, melipat origami, membuat prakarya dan kegiatan-kegiatan lainnya. 
 Finally yang dia tanyain setelah zoom meeting adalah "ma, kapan kita ngambil buku-buku tadi dan seragam sekolahnya?"
Who knows? Belum ada kabar lagi. Nunggu aja gimana kabar selanjutnya di rapat orang tua/wali murid hari Jumat/Sabtu ini. Eh, aku udah jadi wali murid juga sekarang. 🤭

PLS online untuk anak TK, lumayan berat nih menurutku. Baik itu untuk gutunya, siswanya ataupun orang tua/wali muridnya. Gimana enggak? Anak TK disuruh belajar online, bisa duduk 30 menit ngikutin zoom dengan seksama aja udah luar biasa. Lain ceritanya kalau sekolah tatap muka. Mudah-mudahan guru, siswa dan orang tua siswanya selalu sehat, sabar, kreatif dan inovatif aja. 

Karena kondisi sungguh tidak memungkinkan untuk sekolah tatap muka maka sekolah online jafi pilihan. Beberapa tips dari aku untuk mama-mama atau papa-papa yang anaknya ikut sekolah online:
1. Pastikan ada yang mendampingi anak kelita kelas berlangsung, boleh mama, papa, kakak, tante, nenek atau lainnya. Kalau bisa yang paham dunia persekolahan online, per-zoom-an atau platform online yang dipakai anak sekolah online
2. Pastikan anak dan pendamping sudah siap sebelum jam kelas online dimulai. Jangan berpikir bahwa ah telat nggak apa-apa, yang lainnya juga telat. Kalau semuanya berpikir begitu, kapan kelasnya mulai. Kasian juga gurunya.
3. Pastikan anak-anak sudah siap mengikuti kelas online. Artinya anak sudah mandi, sudah sarapan dan alat-alat tulis yang diperlukan sudah siap di atas meja. 
4. Ciptakan kondisi yang nyaman untuk anak belajar online. Misalnya anak nggak mau belajar di ruang belajar, maunya di teras aja. Kita bisa ngikutin kemauan anak selama masih mungkin. Anak perlu mood yang baik untuk bisa belajar dengan maksimal. 
5. Biarkan anak mencoba untuk sekolah online sendiri. Maksudnya si pendamping sekolah anak tidak perlu memberi tahu anak harus menjabaw A, B atau C, biarkan anak menjawab berdasarkan apa yang dia tau. Kenapa? Ini yang sekolah anaknya, bukan mama atau papanya. Jangan berpikir ah anak lain juga dikasih tau orang tuanya, gimana kalau anakku nilainya nggak bagus. That's not your bussiness, kalau orang lain begitu itu keputusan mereka. Yang penting adalah pengalaman belajar anak, bukan nilainya berapa. Penting bagi kita untuk hanya mendampingi anak belajar, membantu anak memaksimalkan potensi dirinya bukan menggantikan anak sekolah dengan mengerjakan tugas-tugas anak. 
5. Kalau memang ada yang kurang sreg di hati bapak/ibu dengan kelas online anak, atau ada ide atau saran untuk gurunya lebih baik chat gurunya secara pribadi, sampaikan saran dengan santun, jangan malah nggosip dengan sesama orang tua siswa. Sampaikan pendapat pada tempatnya, syukur kalau saran ibu/bapak dipakai, kalau tidak ya jangan ngomel apalagi ngomelnya ngajak-ngajak orang tua siswa yang lain.
6. Kalau memang jadwal anak dan jadwal bapak/ibu bentrok karena salah satunya memang tidak bisa dibatalkan atau diundur, usahakan tetap dampingi anak. Meskipun konsentrasi mama/papanya bakal pecah tapi it's better than leaving. 

Have a nice day. 🙂






 


Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Salam Guru Penggerak. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”   ( Teach...