Thursday, December 26, 2019

Wordwall dan drilling? Building vocabularies.



Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Selamat malam Jumat 🥳🥳🥳🥳

Kali ini mau berbagi saja, salah satu usaha saya untuk maju bersama anak-anak. Jadi guru untuk anak usia SMP itu agak memusingkan bagi saya. Apalagi letak geografisnya aduhai...fasilitasnya serba seadanya. Di awal saya sempat frustasi juga, anak-anak ini diapain ya supaya mau belajar. Apalagi belajar Bahasa Inggris, yang menurut sebagian besar anak-anak itu mata pelajaran yang sulit. Tulisannya apa, bacanya beda, artinya lain; bingung mereka. 😂

Setelah saya ingat-ingat, waktu saya sekolah dulu rasanya kami belajar sendiri juga. Tapi lain dulu lain sekarang ya seperti lain ladang lain belalang. Sekarang yang sudah zaman 4.0, harusnya serba digital serba teknologi. Tapi saya mlongo dong, teknologi yang seperti apa yang harus saya pakai. Kalau sudah baca postingan-postingan saya sebelumnya mungkin sudah tahu kondisi di sekolah kami.

Saya mau mengenalkan world englishes secara online, sulit. Kenapa? Sinyal internetnya seperti isi dompet waktu tanggal tua, menyedihkan. 😭 kalau cuaca mendung, aki PLTS tidak terisi, selamat! Wifi sekolah tidak bisa hidup. Begitu juga listrik. Mau nunjukin video pakai proyektor, bye. Mau listening pakai speaker, bye-bye.

Saya pernah bikin semacam flashcard tapi tidak bergambar untuk setiap materi, saya bagikan ke anak-anak supaya bisa dibaca bahkan sambil main, dan di hafal. Tapi ternyata? Saya kena PHP. Kertasnya hilang entah kemana, kosakata pun tak ingat. 😁😁😁

Karena jumlah kamus di sekolah kami nggak banyak, pun anak-anak nggak punta kamus pribadi, saya pernah mengizinkan anak-anak bawa HP ke sekolah waktu pelajaran saya. Dengan syarat HP nya ada kamusnya, jadi bila sewaktu-waktu dibutuhkan lebih cepat mencari kosa kata daripada printed dictionary, juga lebih update kosa katanya. Tapi kepercayaan saya sepertinya disalahgunakan, HP nya dipakai hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, dan merugikan. Baiklah, akhirnya saya larang bawa HP seperti peraturan awal.

Lalu saya baca-baca, dapat ada wordwall untuk belajar kosa kata. Baiklah, saya coba. Siapa tau berhasil. Akhirnya, saya bareng anak-anak membuat daftar kosa kata per materi dan menuliskannya di kertas warna-warni untuk di tempelkan di dinding.

Kerjasama nempelin kosakata di dinding
Karena anak didik saya kelas VII cuma 4 orang, jadi lebih mudah bagi saya mengontrol kegiatan mereka.




Wordwall di kelas VII

Dindingnya jadi warna-warni, tapi biarlah. Jadi kelihatan seperti kelas beneran, nggak sepiiiiii. Tapi wordwall itu mungkin nggak akan dibaca anak-anak dan jadi hiasan dinding semata. Jadi tindakan lanjutannya adalah drilling. Jadi kalau pas saya lihat anak-anak lagi nganggur, atau pas sebelum atau setelah pelajaran saya, pas jam kosong juga saya ajak anak-anak memnaca kosa kata nya. Nggak langsung semua memang, bergantian kosa katanya, tapi setiap hari. Harapan saya sih, kosa kata itu akan lebih nyantol di ingatan mereka. 

Dan setelah sekitar dua minggu berjalan, it works! 🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Salah satu anak didik kelas VII bisa menang lomba menulis kosa kata melawan kelas VIII dan kelas IX, regu kelas VII juga bisa menang lomba spelling bee melawan kakak-kakak kelasnya. ❤

Semangatttt!!!!

Jadi wordwall dan drilling ini satu paket yang bisa di amalkan di sekolah yang minim fasilitas dan akses internet seperti di sekolah saya.

Sleep well. 😊




Saturday, December 21, 2019

Lomba menulis kosakata dan Spelling Bee untuk mengisi kegiatan aktualisasi


Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Saturday night, jalanan kota dipenuhi muda-mudi atau adek-adek.

Sekolah sudah mulai libur hari Senin depan, artinya gurunya libur juga. Siiiipppp 😊😊😊

Setelah perjalanan panjang selama satu semester, liburan adalah hadiah untuk jiwa dan raga yang mungkin sudah lelah.

Sebagai guru saya pengen juga anak didik saya pintar dan cerdas seperti anak-anak yang sekolah di kota. Jadi saya nekat aja menggadakan lomba Bahasa Inggris untuk murid saya yang ada di desa. Kenapa saya bilang nekat? Kemampuan anak didik saya bikin nangis tapi nggak keluar air mata. Untuk yang SMP kelas IX, kalau di kota sudah cas cis cus Bahasa Inggrisnya, ditempat saya cus aja....cusss makan gorengan di warung samping sekolah. Tapi nggak apa-apa, ibu saya sering bilang "dicoba aja, kalau nggak dicoba nggak ta7 hasilnya."

Oke!

Tepat dengan waktu latsar CPNS pula, jadi saya masukin kegiaran lomba ini dalam salah satu kegiatan aktualisasi saya.
Ada dua lomba, pertama lomba menulis kosakata Bahasa Inggris, kedua lomba spelling bee.
Jangan dibayangkan lombanya akan cas cis cusss...

Lomba pertama, semua anak didik saya harus ikut.
Sederhana saja, peserta lomba harus menuliskan kosakata Bahasa Inggris di lembar jawaban yang sudah saya sediakan dalam waktu 30 menit saja. Tidak ada batasan kata apa yang harus dituliskan, bebas.

Penilaiannya mudah saja, jumlahkan saja kata yang penulisannya benar dan siapa yang menuliskan kosakata paling banyak itulah pemenangnya.
Nahh, hasilnya tidak mengejutkan buat saya karena saya sudah perkirakan sebelumnya. Juara satu berhasil menuliskan 141 kata yang benar, juara 2 ada 138 kata dan juara 3 menuliskan 112 kata dalam 30 menit.
Saya cukup bangga dengan pemenang ke2, dari kelas VII. Kenapa? Karena kelas VII baru kenal belajar mata pelajaran Bahasa Inggris selama kurang dari 1 semester. Beda dengan pemenang pertama, dari kelas IX, sudah belajar Bahasa Inggria dari kelas VII. Dari lomba ini saya yang belum ada 1 tahun jd guru Bahasa Inggris disana merasa punya setitik harapan.
Kalau saya rajin, inovatif, dan kreatif mungkin si anak juara 2 ini akan bisa lebih pintar Bahasa Inggrisnya.
Saya dan pemenang lomba, juara 1-3 dari kiri ke kanan


Ini saat lombanya berlangsung.

Lomba yang kedua adalah lomba spelling bee, yang pernah nonton film akeelah and the bee tolong jangan membayangkan lombanya akan seperti itu. 
Lombanya saya modifikasi sedemikian rupa sehingga cocok dengan anak didik saya. Karena ini kali pertama untuk mereka, saya buat lombanya beregu. 

Nah, karena anak didik saya dari kelas VII sampe kelas IX cuma ada 13 maka ada 4 regu.
Satu regu ada 3 orang. Tadinya saya akan bikin satu regu dua orang, tapi anak-anak minta 1 regu 3 orang. Baiklah, saya kabulkan permintaan anak-anak. 
Awalnya saya pikir murid saya yang laki-laki itu tidak antusias ikut lomba karena biasanya di kelas dia ogah-ogahan, tapi ternyata dia semangattttt. Seneng dong gurunyaaaaa... 😭😭😭

Lombanya sederhana saja, ada babak penyisihan dan babak final. Dalam babak penyisihan cuma ada 12 kata untuk dijabarkan spelling-nya dan babak ginal.ada 6 kata. Kata yang saya pilih pun bukan kata yang wow seperti di filmnya, saya pilih kata sehari-hari saja. 
Hasilnya ternyata regu kelas VII yang menempati rangking pertama babak penyisihan dan akhirnya jd juara 1 di juga di babak.final.melawan regu dari kelas IX.
Dari situ makin besar dong harapan saya. 😍😍😍
Nah pemenangnya 3 regu

Sepertinya kelas VII kemajuan ber-Bahasa Inggrisnya lebih baik karena ada saya lakukan drilling kosakata dengan media wordwall. 

Entahlah, semoga mereka selalu bersemangat belajar sampai akhir hayat.

Nahh dari salah satu rangkaian kegiatan itu, setelah seminar laporan dan segala keruwetan yang menyelimutinya akhirnya saya dapat juara. 
Padahal niat sama sekali nggak ngejar juara, sebagai emak-emak yang kalau udah dirumah udah nggak bisa ngerjain kerjaan administratif, saya pasrah aja. Saya kerjain sebisanya, semoga C dalam status saya bisa terhapus. Tapi sepertinya Allah memberi saya rejeki yang lain, dapat juara 4, bisa diberi ucapan selamat oleh pak sekda provinsi kalimantan tengah.
Saya tetap bersyukur, sebagai anak kampung saya bisa sampai pada titik ini. Semoga setelah diberi piagam dan "ditanya" beliau tadi, saya bisa jadi sekda entah tahun berapa. Aamiin.😁😁😁




Bismillah, pengingat buat diri saya sendiri juga untuk melakukan segala sesuatu tetap dengan baik. Hal lain-lain akan mengikuti dengan sendirinya. Seperti wejangan ibu Ida selaku coach saya, dimanapun berada berikan yang terbaik, emas meakipun ditempat gelap akan tetap bersinar.


Selamat Malam!






Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Salam Guru Penggerak. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”   ( Teach...