Bismillahirrahmanirrahim....
Si buah hati yang saat baru lahir kita timang-timang, kita susuin, kita ganti popoknya malam-malam sambil agak merem gitu mamanya, sekarang sudah aktif banget lari-lari, lompat-lompat, sepedaan. Anak-anak mah gitu ya, tiba-tiba tingginya udah sepinggang kita aja. Seperti kayak baru aja nih tiap hari aku pumping di sana-sini, ehh sekarang dia udah mau masuk sekolah TK. Iya, langsung saya sekolahkan TK memang nggak usah PAUD. Kenapa? Itu sudah hasil diskusi dengan bapaknya. Kalau ibu-ibu lain mau menyekolahkan anaknya PAUD dulu baru masuk TK ya monggo. Feel free to choose your own battle. 😂
Jadi karena tahun ajaran ini Ziya atau biasa juga saya panggil Nara itu sudah 4 tahun 9 bulan kalau masuk sekolah bulan Juli nanti, akhirnya saya daftarkan dia masuk sekolah TK. Tadinya galau juga, di masa pandemi gini gimana dia nanti sekolah, keselamatan dan kesehatannya dia lebih penting. Belajar nggak penting? Ya penting juga, tapi dia nggak harus resmi jadi peserta didik di sekolah A atau B untuk belajar, dari dia lahir sampai sekarang setiap hari juga belajar. Setelah berbagai macam pertimbangan dan diskusi dengan bapaknya, akhirnya kami memutuskan untuk mendaftarkan dia di TK Asiah di Sampit,kota tempat tinggal kami. Kenapa akhirnya di daftarkah disitu? Karena visi misi sekolah ya sejalan dengan visi misi kami untuk Ziya. Jadi kalau menurut saya ibu/bapak bebas memilih sekolah dimana saja untuk anak tercinta tapi tolong di lihat dulu visi misi sekolahnya, paling tidak cari info lah tentang sekolahnya. Cari info ya caranya terserah ibu/bapak, bisa langsung ke sekolahnya sambil minta formulir sambil tanya-tanya ke gurunya, bisa langsung ke website sekolah atau sosial medianya, di jaman kita hidup sekarang ini biasanya semua kegiatan positif sekolah di upload jadi kita bisa bebas mencermati. Kalau ibu/bapak curiga kalau apa yang di upload hanyalah pencitraan belaka, ibu/bapak bisa tanya-tanya ke teman atau kenalan atau tetangga yang anaknya pernah sekolah disitu. Intinya kumpulkan informasi yang cukup dari beberapa sekolah yang menarik perhatian ibu/bapak, pilih yang paling sesuai dengan cara ibu/bapak mendidik anak, sesuaikan juga dengan kondisi dirumah ya (kalau saya sih pokoknya jangan dipaksakan, adasekolah bagus, visi misi oke, sesuai dengan visi misi orang tua ehh tapi nggak cocok dikantong rumah tangga alias mahallllll banget sekolahnya...kalau gitu aku mundur alon-alon bang). Yang penting kita bisa nyaman menyekolahkan anak disitu, dan si anak juga senang. Jangan sampai ibunya, bundanya, mamanya girang banget tapi anaknya sedih, jangan juga anak dipaksain sekolah kalau memang belum mau, kalau umurnya belum cukup biasanya memang masih suka main.
Untuk masuk ke sekolah yang kami pilih tadi ternyata anak-anak harus di observasi dulu. Ini observasi lho bu bukan macam tes Ujian Nasional apalagi TOEFL, TOEIC, atau IELTS, bukan. Ketika kami memutuskan untuk mendaftarkan Ziya sekolah, Ziya memang sudah minta masuk sekolah, dan saya memang sengaja mengajak dia ke beberapa sekolah yang memang kami pertimbangkan waktu itu. Kenapa harus diajak kan pandemi, bahaya? Insya Allah saya mematuhi protokol kesehatan begitu pula sekolah-sekolah yang saya datangi. Ternyata keputusan membawa anak melihat sekolah itu menurut saya cukup bagus, anak jadi makin semangat. Dan si dia juga bisa lho ngasih pendapatnya tentang sekolah itu. Ya bukan pendapat ahli memang, dan juga nggak mungkin dia berpendapat tentang visi misi sekolah, tapi dia lah yang mau sekolah dan kenyamanan dia adalah hal penting yang nggak bisa diabaikan orang tua.
Pertama waktu ngisi formulir pendaftaran sih aku masih santai, di isi aja sesuai kenyataan. Tapi sekalinya hati saya dugun-dugun juga waktu dapat jadwal observasi dari gurunya. Ada semacam asa was-was gimana nanti kalau pas di observasi anakku tiba-tiba ngambek terus minta pulang, ambyar dong nanti. Tapi untung saya cepet balik waras lagi, everything will be fine. Apapun yang terjadi nanti ya udah, berarti itulah dia.
Tibalah hari H dia di observasi, hari itu ada 9 anak yang dijadwalkan untuk diobservasi. Pengumumannya tidak menyebutkan jam yang spesifik untuk masing-masing anak, hanya diaebutkan rentang waktunya antara jam 7 sampai jam 12. Saya mikirnya lebih baik datang pagi karena kalau siang Ziya ini kadang udah nggak terkendali maunya mainan aja. Saya pastikan dia sarapan dulu, kita aja yang udah dewasa kalau beraktifitas dengan perut kosong sering error apalagi anak-anak, kasian. Ternyata ketika saya sampai disana sudah ada 3 anak yang datang didampingi mamanya,satu anak sedang di observasi, dan dua lainnya sedang menunggu. Pertama ternyata saya harus mengisi kuesioner dulu. Setelah saya buka pertanyaannya cukup banyak, ada uraiannya juga macam ujian, untung saya sudah sarapan. Pertanyaannya ya seputar tumbuh kembang anak selama ini, juga kebiasaan sehari-hari anak. Di bagian paling belakang, uraian, jadi saya harus menjelaskan motivasi saya memasukkan Ziya ke sekolah itu apa. Nah loo kan, ditanya motivasi orang tua, nggak mungkin dong orang tua asal-asalan masukin anak sekolah. Selain itu di poin selanjutnya saya harus menguraikan harapan saya Ziya belajar apa di sekolah itu, poin terakhir saya masih harus mengungkapkan tujuan saya menyekolahkan Ziya disitu. Oke baiklah, saya anggap itu kesempatan saya untuk curhat.
Setelah saya mengembalikan kuesionernya, masih harua nunggu giliran. Ehh Ziya malah sudah nggak sabar pengen di observasi gara-gara melihat mainan bentuk dan playdough di meja gurunya. Allahu Akbar, anakku memang kalau mainan suka lupa yang lain-lain. Karena masih nunggu,saya minta Ziya mainan, ya namanya di TK banyak permainannya kan, saya biarkan saja dia main prosotan, main jungkat-jungkit pokoknya terserag dia biar mood-nya nggak jelek.
Jadi pertama, gurunya mengucapkan salam, dan syukurlah Ziya mau menjawab salamnya, kadang anak ini suka-suka dia. Setelah itu ditanya namanya siapa, biasa dipanggil apa, nama ayah dan ibunya, rumahnya dimana. Semua jawabannya lancar, dia memang sudah tahu juga alamat rumahnya dimana, memang saya sudah lama kami ajari dirumah, jadi kalau misalnya ada sesuatu hal yang tidak diinginkan ketika dia ditanya orang dia bisa jawab rumahnya dimana, siapa namanya, siapa ayah ibunya.
Setelah itu dia ditanya warna dan bentuk, diminta menunjukkan warna dan bentuk. Masih oke dan nurut lah dia. Mungkin karena dia pas awal tadi langsung nyusun-nyusun puzzle bentuk itu jadi gurunya nggak minta dia nyusun lagi, soalnya anak-anak sebelumnya saya lihat ada menyusun. Tapi ya sudahlah terserah gurunya.
Selesai dengan bentuk dan warna ternyata dia disuruh menulis, bukan nulis nama ya. Dia dikasih selembar kertas, di kertas itu ada gambar garis lurus, garis miring, lingkaran dan persegi, nah si anak diminta menggambar seperti yang ada di contoh. Menggambar lingkaran, oke, menggambar persegi, bisa, ehh sekalinya pas menggambar garis lurus digambarlah sepanjang kertas A4 itu sama Ziya, subhanallah, padahal contoh garisnya itu pendek aja. Hahahaha. Anakku.
Urusan tulis menulis selesai, lalu dia ditanya apa dia bisa berhitung. Ziya-nya sendiri jawab "bisa", dan waktu gurunya bilang "coba hitung satu sampai sepuluh bisa?", Ziya langsung nyaring bilang satu, dua, tiga, empat,... sepuluh.
Sejauh ini mamanya lega, dia kooperatif.
Setelah semua itu, Ziya diberi sebuah gambar trs disuruh mewarnai, boleh mewarnai dimana aja di situ. Dan anak ini, pindah tempat tiga kali cuma untuk mewarnai. Subhanallah, untung mamanya sudah sarapan. Nah waktu masa mewarnai ini agak drama juga, pertama dia proes karena crayon yang diberikan itu beberapa ada yang patah. Dia nggak mau pakai crayon yang patah meskipun warnanya harusnya itu, digambar pohon harusnya kan warna coklat, dan dia tahu memang harusnya warna coklat karena dirumah dia memang suka mewarnai, jadi dia pakailah warna orange untuk pohon. Saya biarin aja sih, ya udah lah suka-suja dia aja.
Semoga sehat dan ceria terus dek Ziya.
ReplyDeleteTerimakasih 🙂
ReplyDelete