Salam Guru Penggerak.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
Bob Talbert
Kutipan di atas menekankan pentingnya mengajarkan seseorang tidak hanya untuk menghitung atau mempelajari hal-hal praktis saja, tetapi juga untuk memahami nilai-nilai yang benar-benar penting dalam hidup. Dalam konteks pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin, hal ini mengacu pada pentingnya tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis dan kemampuan manajemen yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang efektif, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan universal. Seorang pemimpin yang baik harus mampu membuat keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, yang tidak hanya menguntungkan kelompok mereka, tetapi juga untuk kepentingan yang lebih besar dan bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan mereka.
Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang sudah dimiliki sangat penting. Hal ini membantu seseorang untuk memperkuat dan meningkatkan pemahaman mereka tentang topik atau subjek tertentu, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis, serta mengembangkan pemikiran reflektif yang penting untuk pembelajaran seumur hidup. Ada beberapa poin dalam koneksi antar materi ini yang dapat saya gunakan sebagai acuan dalam menghubungkan materi pada modul 3.1 dengan materi-materi yang telah saya pelajari sebelumnya.
![]() |
Diskusi dengan rekan CGP dan Pengajar Praktik |
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantara didasarkan pada konsep “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani” yang berarti “dari yang paling depan menunjukkan
jalan, di tengah menggerakkan, di belakang memberi dukungan”. Berdasarkan filosofi
tersebut seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan bagi yang dipimpinnya. Di
sisi lain pemimpin harus mampu memimpin dan mengarahkan timnya untuk mencapai
tujuan bersama dengan mengutamakan kepentingan kelompok/bersama daripada kepentingan individu.
![]() |
Trilogi Pendidikan KHD |
Tokoh lain, Pratap Triloka, adalah seorang filsuf Indonesia yang pemikirannya menekankan bahwa pemimpin harus memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menyatakan pendapat. Seorang pemimpin harus menjadi “jembatan” antara bawahan dan atasan. Seorang pemimpin harus mampu menghubungkan visi dan tujuan organisasi dengan tujuan individu setiap bawahannya. Seorang pemimpin harus mempertimbangkan keseimbangan kepentingan dan efek jangka panjang dari setiap keputusan yang diambil.
Keterkaitan antara kedua filosofi tersebut dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin adalah bahwa seorang pemimpin harus mampu memimpin dan mengarahkan timnya dengan visi yang jelas dan memberikan dukungan penuh agar yang dipimpinnya dapat mencapai tujuan tim. Di sisi lain seorang pemimpin juga harus mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif sehingga tim dapat mencapai tujuan.
Dalam pengambilan keputusan,
seorang pemimpin harus mampu mempertimbangkan semua kepentingan baik individu
maupun kelompok meskipun harus selalu mengutamakan kepentingan bersama. Untuk
itu, seorang pemimpin dituntut mampu berkomunikasi dengan baik sehingga dapat
memahami pandangan-pandangan individu yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin
mampu melakukan hal-hal tersebut maka keputusan yang diambil dapat memenuhi kepentingan
bersama dan mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efektif.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri seseorang memiliki pengaruh besar terhadap prinsip-prinsip yang digunakan
dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai tersebut dapat membentuk
pandangan seseorang terhadap dunia, juga sikap dan perilaku seseorang dalam
berbagai situasi, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki nilai keadilan tinggi akan cenderung mempertimbangkan efek keputusan
terhadap berbagai pihak yang terlibat dan mencari solusi yang seadil-adilnya
bagi semua pihak. Sementara itu, seseorang yang menjunjung nilai tanggung jawab
akan cenderung mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari setiap keputusan
yang diambil.
Dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang digunakan sebagai dasarnya. Oleh sebab itu, penting bagi seseorang untuk memiliki nilai-nilai yang positif dan sejalan dengan kebajikan universal sehingga setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang sesuai dengan tujuan organisasi dan membawa dampak yang baik bagi lebih banyak pihak.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan
sangat berkaitan dengan kegiatan coaching, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan. Coaching bertujuan untuk membantu seseorang mengurai permasalahan
dan meningkatkan keterampilan dan kemampuannya dalam mengambil keputusan. Dalam
coaching seseorang akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengidentifikasi
permasalahannya, memaksimalkan potensi dalam dirinya sehingga akhirnya dapat
mengambil keputusan yang tepat. Coaching juga dapat membantu seseorang untuk
mengembangkan kemampuan dalam mengelola konflik, memperkuat kemampuan untuk
bekerja dalam tim, dan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.
![]() |
Diskusi dan Praktik Coaching |
Dengan menggabungkan materi pengambilan keputusan dan materi coaching, seseorang dapat memperoleh keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan efektif dan tepat. Ketepatan pengambilan keputusan akan membantu seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik secara personal maupun profesional.
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan, terutama dalam masalah dilema etika. Dalam situasi
dilema etika, seorang guru harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan murid
dan tanggung jawab profesionalnya sebagai guru, sambil mempertimbangkan dampak
dari keputusan yang diambil pada aspek sosial emosional murid.
Seorang guru yang memiliki
kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional dapat
mengidentifikasi dan memahami kebutuhan dan keinginan murid dengan lebih baik.
Hal ini dapat membantu guru dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan
mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan murid,
baik secara akademis maupun sosial emosional. Selain itu juga dapat lebih
fleksibel dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi
keputusan, dan dapat memilih solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan murid.
Beberapa kompetensi sosial
emosional yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi
kesadaran diri (self-awareness), Pengelolaan diri (self-management),
kesadaran soial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skills).
![]() |
kegiatan guru dan murid dalam pesantren kilat sebagai salah satu bentuk penguatan kompetensi sosial emosional |
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik karena nilai-nilai tersebut dapat memengaruhi pandangan dan
sikap seorang pendidik dalam menyelesaikan masalah moral atau etika. Seorang
pendidik yang memiliki nilai-nilai moral dan etika yang baik akan memiliki
landasan yang kuat dalam mengambil keputusan moral dan etika yang tepat.
Misalnya saja seorang pendidik
yang memiliki nilai-nilai keadilan yang tinggi akan cenderung memilih untuk
berbicara jujur meskipun kejujurannya dapat berdampak negatif pada dirinya
sendiri atau pihak lain sehingga keputusan dapat diambil dengan adil
berdasarkan fakta. Meskipun disisi lain seorang pendidik juga akan
mempertimbangkan rasa kasihan terhadap muridnya.
Selain itu, pendidik yang
memiliki nilai-nilai moral dan etika yang baik juga dapat membantu dalam
membentuk karakter murid. Mengapa demikian? Ketika seorang murid mengalami
dilema etika, seorang pendidik yang mengajarkan nilai-nilai moral dan etika
dapat membimbing murid tersebut dalam mengambil keputusan yang tepat
berdasarkan pada nilai-nilai yang dijunjungnya. Dengan demikian, murid juga
akan memahami pentingnya nilai-nilai
moral dan etika dalam pengambilan keputusan, sehingga akan terbentuk karakter murid
yang baik.
Jadi pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sangat penting bagi seorang pendidik, karena hal ini akan membantu membentuk karakter murid dan memperkuat nilai-nilai moral dan etika yang dianut oleh pendidik tersebut.
![]() |
Diskusi dengan Rekan |
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat akan
menghindarkan individu atau kelompok dari konflik dan dapat memperkuat hubungan
antar individu atau kelompok dalam lingkungan tersebut.
Sebagai contoh, jika seorang
kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan
permasalahan antara seorang guru, murid, dan orang tua murid yang tidak terima
muridnya dipukul di sekolah, hal itu tentunya dapat membantu menciptakan
lingkungan belajar yang lebih nyaman baik bagi murid, guru, maupun
stakeholders.
Dalam hal ini, penting untuk menekankan bahwa pengambilan keputusan yang tepat bukan hanya tentang memilih solusi yang paling mudah atau yang paling menguntungkan secara pribadi maupun golongan tertentu misalnya sekolah, namun juga tentang mempertimbangkan dampak keputusan tersebut pada lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, setiap individu yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan harus bertanggung jawab dan memiliki kesadaran dan kepekaan individu terhadap nilai-nilai moral dan etika, serta mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang baik.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam lingkungan
saya tantangannya adalah kompleksitas masalah, konflik nilai dan kurangnya SOP.
Yang pertama
terkait kompleksitas masalah. Pada kenyataannya kasus-kasus dilema etika
seringkali kompleks dan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang berbagai
faktor yang terlibat, seperti norma dan nilai, peraturan hukum, dan dampak
sosial. Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah terkadang kurang
emmahami berbagai peraturan hukum sehingga memerlukan pencarian informasi
terlebih dahulu.
Yang kedua
adalah konflik nilai. Dalam kasus dilema etika, seringkali terjadi konflik
nilai antara berbagai pihak yang terlibat, seperti orang tua, guru, murid, dan
masyarakat dan terkadang pihak-pihak tersebut mengutamakan nilai yang berbeda.
Hal ini dapat menyulitkan pengambilan keputusan yang adil dan akurat.
Yang ketiga adalah kurangnya Standar Operasional. Seperti di sekolah kami, sekolah tidak memiliki standar operasional atau pedoman yang jelas untuk menangani kasus-kasus dilema etika, sehingga pengambilan keputusan bisa menjadi subjektif dan tidak konsisten.
Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan
Anda?
Ada kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan sekolah, seperti pengenalan pendekatan yang lebih kolaboratif dan partisipatif dalam pengambilan keputusan, dapat membantu mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Pendekatan ini melibatkan para pengambil keputusan dengan memperhatikan empat paradigma, tiga prinsip, dan Sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan yang secara aktif memberikan ruang bagi siswa, orang tua, dan masyarakat lokal untuk memberikan masukan dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang tepat
dalam pengajaran dapat membantu memerdekakan murid-murid kita. Contohnya dalam
memilih metode pembelajaran. Setiap murid memiliki keunikan dan potensi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita perlu mampu
mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masing-masing murid untuk memilih
pembelajaran yang tepat dan efektif bagi mereka. Hal ini dapat dilakukan
melalui pengamatan, penilaian, dan komunikasi yang baik dengan murid-murid
kita.
![]() |
Kegiatan Pembelajaran di kelas VIII |
Misalnya, jika seorang murid cenderung memiliki gaya belajar kinestetik maka akan lebih efektif jika pembelajaran melibatkan aktifitas fisik sehingga mereka merasa senang untuk mencapai tujuan belajarnya. Disisi lain, kita juga harus mempertimbangkan murid lain yang cenderung visual atau audio. Kita bisa menyediakan video, gambar, atau audio. Namun, pengambilan keputusan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat juga harus mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zamannya. Kita juga perlu memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Dalam hal ini, penting untuk
memperhatikan prinsip pembelajaran yang memerdekakan murid-murid kita.
Pembelajaran yang memerdekakan adalah pembelajaran yang memberikan kebebasan
kepada murid untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka secara
mandiri. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita harus memberikan ruang dan
kesempatan kepada murid-murid kita untuk mengembangkan potensi mereka secara
optimal.
Dalam pengajaran yang
memerdekakan, pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh pendidik, namun
juga oleh murid-murid dalam proses pembelajaran. Guru dapat melakukan praktik
pembelajaran berdiferensiasi. Murid-murid diberikan kesempatan untuk memilih
dan menentukan jalur pembelajaran mereka sendiri sesuai dengan minat,
kebutuhan, dan potensi masing-masing. Dalam hal ini, pendidik berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran
memiliki peran penting dalam mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin pembelajaran dapat membentuk lingkungan belajar yang positif,
memfasilitasi pembelajaran yang efektif, serta mengembangkan potensi dan
karakteristik masing-masing murid.
Sebagai contoh, jika seorang
pemimpin pembelajaran memilih kurikulum yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan
murid-murid, maka murid-murid akan mendapatkan pengalaman belajar yang relevan
dan membangun pengetahuan serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masa
depan mereka. Selain itu, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga dapat
membantu murid-murid dalam mengembangkan keterampilan abad 21 yaitu 4C (Critical
Thinking, Communication, Collaboration, Creativity).
Selain itu dalam hal penilaian, keputusan-keputusan yang diambil juga dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid. Penilaian yang adil dapat membantu murid-murid dalam mengembangkan potensi dan keterampilan mereka, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang lebih baik begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, seorang pemimpin
pembelajaran harus memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat,
objektif, dan bertanggung jawab terhadap kepentingan murid-murid. Pemimpin
pembelajaran juga perlu memahami karakteristik dan kebutuhan murid-murid, serta
lingkungan sosial dan budaya mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin sangat penting dalam coaching untuk supervisi akademik, pembelajaran sosial emosional, pembelajaran berdiferensiasi, budaya positif, dan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Seorang pemimpin yang menerapkan pengambilan keputusan berbasis nilai akan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil di sekolah dilakukan dengan adil, berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan seperti integritas, tanggung jawab, kejujuran, kepedulian, toleransi, dan empati. Penerapan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dalam coaching akan membantu memastikan bahwa setiap siswa dan guru diperlakukan secara adil, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang, dan budaya positif terbentuk dan dipertahankan di lingkungan sekolah. Selain itu, pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan juga sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pentingnya pendidikan yang holistik dan berbasis karakter.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika adalah keadaan
dimana kita harus memilih antara dua nilai kebajikan yang saling bertentangan
akan tetapi kedua nilai tersbeut sama-sama benar. Sedangkan bujukan moral
adalah tekanan atau dorongan yang diberikan oleh orang lain untuk melanggar
prinsip moral atau etika yang dimiliki.
Secara umum ada
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan
seperti di bawah ini:
1. Individu
lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Ada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) – Melakukan demi kebaikan orang banyak. Fokus untuk mencapai kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak. Berbasis utilitarianism. Menguji konsekuensi dari keputusan dengan memperkirakan hasil yang diberikan untuk memberikan hasil terbaik pada orang terbanyak. Berbasis pada kepentingan kelompok bukan individu. Kritiknya: manusia tidak bisa memprediksi kensekuensi dari perbuatannya secara tepat.
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)-menjunjung tinggi prinsip dan nilai. Prinsip deontologis, berpusat pada apa tugas/kewajiban kita. Seseorang bertindak sesuai peraturan dan berharap orang lain ebrtindak sesuai dirinya. Kritiknya: prinsip ini kaku dan mengabaikan keberagaman individualitas manusia.
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)- Melakukan apa yang anda harapkan orang lain akan lakukan pada anda. Memberikan Batasan-batasan pada Tindakan kita dan tetap mementingkan pihak lain. Kritiknya: prinsip ini tidak memberikan pilihan khusus atau menunjang nilai-nilai kebajikan.
Disamping itu dalam pengambilan keputusan juga seharusnya dilakukan 9 langkah pengujian yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut; mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan; pengujian paradigma benar lawan benar; melakukan prinsip resolusi; investigasi opsi trilemma; buat keputusan; lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Yang diluar dugaan ternyata pada beberapa situasi dan kondisi, keputusan harus diambil dibawah beberapa peraturan perundang-undangan terlepas tahu atau tidaknya pihak sekolah tentang eksistensi undang-undang tersebut. Sehingga seorang pengambil keputusan haruslah berwawasan luas dan memiliki nilai-nilai kebajikan yang kuat dalam dirinya.
![]() |
Penguatan Praktik Coaching |
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah berada dalam situasi dilema etika terkait dengan murid saya yang sering terlambat bahkan tidak masuk sekolah. Pada saat itu saya mengambil keputusan setelah menggali informasi dari murid yang bersangkutan dan mengedepankan rasa kasih sayang saya sebagai seorang guru. Bedanya setelah mempelajari modul ini adalah seharusnya saya bisa mencari alternatif solusi dengan melibatkan pihak terkait. Kemudian juga seharusnya saya melakukan beberapa langkah pengujian. Karena biar bagaimanapun sering tidak masuk sekolah merupakan kegiatan yang melanggar peraturan dan merupakan bujukan moral bagi murid tersebuts ehingga harus dituntaskan dulu kasus bujukan moralnya.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajari modul, pengambilan keputusan saya lebih banyak berdasarkan pada prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) akan tetapi setelah mempelajari modul ini nantinya saya akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Kehati-hatian tersebut bisa diwujudkand engan mengikuti 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dengan emmpertimbangkan 4 paradigma dilemma etika dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Meski tidak ada keputusan yang sepenuhnya benar atau sepenuhnya salah dalam kasus dilemma etika, tapi pengambilan keputusan dalam kasus dilemma etika cukup sulit. Beberapa tantangan atau halangan juga pasti ada di lapangan sehingga sebagais eorang pemimpin pembelajaran saya harus tetap berpegang pada nilai-nilai kebajikan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Mempelajari modul pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini sangat penting bagi
saya sebagai individu maupun seorang pemimpin. Pasalnya dalam kehidupan sehari-haripun
sebagai individu seringkali dihadapkan pada situasi yang membutuhkan
pengambilan keputusan. Dalam memilih antara dua pilihan, individu dapat
mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil
sesuai dengan nilai-nilai positif yang diyakini. Ketika individu membuat
keputusan yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan, mereka menunjukkan
kepada orang lain bahwa mereka adalah orang yang dapat dipercaya dan menghargai
nilai-nilai positif. Dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dalam
keputusan yang diambil, individu dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
berempati dan berkomunikasi dengan orang lain dengan lebih baik.
Sedangkan sebagai seorang
pemimpin, materi ini tentu juga sangat penting. Seorang pemimpin sering kali harus
mengambil keputusan yang memiliki dampak jangka panjang dan memengaruhi banyak
orang. Selain membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat, tetapi juga
membantu membangun budaya organisasi yang positif dan memberikan contoh yang
baik bagi anggota tim.
![]() |
Kegiatan Lokakarya 4 Penguatan Praktik Coaching |
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Kutipan tersebut mengajarkan bahwa pendidikan tidak hanya membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis seseorang, tetapi juga membentuk karakter dan perilaku yang baik. Jadi, ketika mempelajari pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin, penting untuk belajar nilai-nilai moral yang diperlukan dalam membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan dapat membantu seseorang untuk menjadi seorang pemimpin yang etis dan ebrtanggung jawab.
No comments:
Post a Comment