Saturday, November 19, 2022

Refleksi modul 1.2

 

Assalamu’alaikum, wr.wb.

Salam guru penggerak!

Setelah selama kurang lebih dua minggu mempelajari modul 1.2 dengan metode MERDEKA, dalam refleksi modul 1.1 ini saya akan menggunakan model 4F yaitu Facts, Feelings, Findings, Future. 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal):

1.      Facts (Peristiwa)

Modul 1.2 ini mulai di pelajari dari tanggal 7 November. Pertama kali membaca topik di modul 1.2 saya merasa kebingungan karena saya belum memahami apa itu nilai dan peran guru penggerak, jangankan nilai guru penggerak nilai diri saya sendiri pun saya belum pernah menggali kembali nilai apa saja yang dapat dikuatkan dalam diri saya. Setelah membaca modul 1.2 pada kegiatan eksplorasi materi semakin lama saya semakin tertarik dengan pembahasan did alam modul. Saya mendapat pengetahuan baru tentang apa dan bagaimana seorang guru penggerak dapat menguatkan nilai dalam dirinya yang sejalan dengan nilai guru penggerak. Setelah mempelajari konsep pada eksplorasi kemudian diskusi di ruang kolaborasi dan penguatan dari instruktur saya semakin menyadari bahwa sangat penting bagi seorang guru untuk menggali nilai-nilai dalam dirinya sehingga dapat menjalankan perannya sebagai seorang guru penggerak.

Proses pembelajaran pada modul 1.2 ini berjalan lebih lancar dari modul 1.1 bagi saya, karena saya sudah lebih memahami ritme pembelajaran pendidikan guru penggerak di LMS. Dalam penerapan konsep nilai dan guru penggerak di kelas maupun di sekolah juga berjalan lancar. Saya melakukan kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid, saya tidak menuntut mereka untuk lulus KKM akan tetapi lebih fokus pada kebebasan dan kesenangan mereka dalam belajar.

 

2.      Feelings (Perasaan)

Kegiatan pembelajaran pada minggu ini berjalan cukup menyenangkan, pada materi prosedur teks anak-anak berdiskusi dan menuangkan pemahamannya dalam bentuk tulisan teks prosedur yang dibuat sesuai keratifitas mereka masing-masing. Saya bangga dengan anak-anak karena mereka berusaha menuliskan apa yang mereka pahami. Meskipun ada dua anak yang asal-asalan saja membuatnya tapi saya tetap bersabar karena percaya bahwa seiring berjalannya waktu jika saya konsisten menuntun mereka maka mereka akan dapat menjadi murid yang lebih baik.

Kemudian terkait program di sekolah seperti program apel pagi yang kami isi dengan menyanyikan lagu daerah dan lagu nasional, membiasakan tari daerah; program literasi yang diisi dengan read aloud dan write around; dan program Jumat sehat berjalan dengan sangat baik. Setelah selama dua minggu dibiasakan apel pagi dan menyanyikan lagu daerah dan lagu nasional, mereka akhirnya sudah mulai terbiasa untuk berbaris jikas udah waktunya, mulai hafal lagu-lagu daerah (sementara ini kami masih mengajarkan lagu-lagu daerah Kalimantan tengah dan baru lagu Isen Mulang dan Manasai). Pada kegiatan literasi juga mereka sudah mulai menyesuaikan kembali setelah beberapa waktu kegiatan literasi terhenti karena sekolah kami terdampak banjir. Untuk kegiatan shalat berjamaah masih perlu banyak perubahan karena anak=anak masih sering saling tunjuk untuk menjadi imam maupun muadzin meskipun sudah dijadwalkan.

 

3.      Findings (Pembelajaran)

Dari semua proses hingga aksi nyata, saya memahami bahwa kita harus mengerti nilai diri kita terlebih dahulu agar dapat menjalankan peran kitas ebagai guru. Sebagais eorang guru kita harus memahami pada tahap mana perkembangan anak didik kita sehingga kita dapat menyesuaikan diri dengan tahap perkembangan mereka. Dan dari modul 1.2 ini saya semakin yakin bahwa jika kita secara konsisten melakukans esuatu maka perubahan porsitif dapat terjadi. Sebagai seorang guru harus selalu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, inovatif dan kolaboratif. Nilai kolaboratif penting karena tidak ada perubahan berarti yang bisa kita capai seorang diri, kita harus berkolaborasi dengan berbagai pihak.

 

4.      Future (Penerapan)

Di masa depan saya harus tetap konsisten menjalankan nilai dan peran guru penggerak. Tidak da suatu perubahan yang terjadi secara instan, saya perlu lebih bersabar dan terus melakukan refleksi dan tindak lanjut dari setiap Tindakan yang saya lakukan baik dari kegiatan pembelajaran maupun dalam menjalankan program-program di sekolah bersama rekakn guru lain.

 


 

Wednesday, November 16, 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.2 Pendidikan Guru Penggerak

 

Asssalamu'alaikum. wr.wb.

Salam guru penggerak.

Kali ini saya akan menuliskan koneksi antar materi modul 1.2 dengan model reflelksi 4P yaitu Peristiwa, perasaan, Penerapan ke depan (Rencana). 

1.      Peristiwa

Selama mempelajari modul ini saat yang paling penting adalah saat pemahaman konsep dan penerapannya, karena sebelum penerapan kita haruslah memahami konsepnya agar tidak terjadi kesalahan pada proses penerapannya. Setelah menguasai konsepnya maka haruslah kita terapkan dan  proses penerapan inilah bagian yang menantang dalam kegiatan di sekolah baik kegiatan praktik pembelajaran maupun kegiatan lain di sekolah. Jika ketika mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru saya sudah belajar bagaimana membuat perangkat pembelajaran yang baik dan sesuai, ketika lanjut program Pendidikan Guru Penggerak ini saya harus merancang kegiatan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid bukan hanya sesuai dengan kurikulum saja.

Murid kelas IX sedang membuat pamflet untuk 

Ketika mempelajari modul ini juga saya menggali kembali nilai-nilai apa yang ada dalam diri saya yang sesuai dengan nilai-nilai yang harus dimiliki guru penggerak untuk dapat membawa perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Setelah mengetahui nilai-nilai dan peran yang harus saya laksanakan maka tantangannya kembali pada bagaimana penerapannya dalam di kelas maupun di sekolah. Menggerakkan orang lain tidaklah semudah menggerakkan diri sendiri karena kita tidak punya kendali atas diri orang lain.

Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah setelah mempelajari modul 1.1 dan 1.2 ada beberapa pencerahan yang saya dapatkan terkait dengan pendidikan, nilai-nilai dan peran sebagai guru penggerak juga bagaimana manusia dapat tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Di modul 1.1 saya telah belajar filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu menuntun anak untuk mengembangkan kodratnya masing-masing agar dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidupnya. Seorang guru haruslah dapat menjalankan trilogi pendidikan KHD Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Seorang guru juga mempunyai nilai-nilai dalam dirinya yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang ada pada diri seorang guru inilah yang mempengaruhi bagaimana seorang guru dapat menjalankan perannya. Semakin kuat nilai yang dimiliki seorang guru baik nilai berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, maupun inovatif ini akan dapat membawa semakin baik juga membawa perubahan yang positif. Hal itu dapat terjadi jika guru dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach  bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid (student agency) maupun dalam menggerakkan komunitas praktisi dengan baik. Jadi untuk dapat menjalankan filosofi pendidikan KHD pendidikan yang berpihak pada murid, seorang guru harus menggali nilai dalam dirinya sehingga dapat menjalankan perannya. 

2.      Perasaan

Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan peibahasa Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.

Banyak sekali yang harus saya pelajari dan perbaiki mulai diri saya sendiri. Dengan segala keterbatasan di sekolah kami, saya merasa bahwa selama ini saya telah terlena oleh keadaan sehingga sedikit usaha untuk berinovasi. Setelah belajar sampai modul 1.2 ini saya merasa bersemangat kembali untuk terus meningkatkan nilai diri saya sebagai seorang guru untuk dapat menjalankan peran saya dengan lebih baik.

Setelah belajar sampai modul 1.2 ini saya semakin sadar bahwa belajar dapat dilakukan sedikit demi sedikti dan diterapkan, seperti peribahasa sehari selembar benang, setahun sehelai kain. Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan keyakinan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik.

 

3.      Pembelajaran

Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa saya sudah cukup memperhatikan murid-murid saya, sekarang saya berpikir bahwa seharusnya saya bisa lebih memperhatikan mereka tidak hanya dalam hal belajar saja akan tetapi juga mengikuti perkembangan sosial emosi mereka. Sebelum momen itu terjadi saya berpikir bahwa praktik pembelajaran saya selama ini sudah cukup baik untuk mendampingi mereka belajar, sekarang saya berpikir bahwa saya seharusnya dapat melaksanakan praktik pembelajaran dengan lebih berpihak pada mereka sehingga mereka dapat belajar dengan bebas dan bahagia. Sebelum momen tersebut saya bingung nilai apa yang ada pada diri saya yang bisa saya kembangkan untuk menjalankan peran saya sebagai guru, sekarang saya berpikir untuk menguatkan kembali nilai-nilai yang ada dalam diri saya untuk dapat membawa perubahan baik di kelas maupun di sekolah.  

4.      Penerapan ke depan (Rencana)

Ada beberapa rencana pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak yaitu:

a.     Mengikuti pelatihan atau diklat atau belajar mandiri dari sumber-sumber yang dapat di temukan baik di jurnal maupun praktik baik guru lain.

b.      Mengembangkan media pembelajaran yang berpihak pada murid.

c.      Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang saya lakukan dan menindaklanjuti hasil refleksi dalam pembelajaran.

d.    Berkolaborasi dengan rekan guru di sekolah untuk membawa perubahan yang baik di sekolah yaitu melaksanakan program-program yang ada dan mengkaji kembali program-program di sekolah.


Kegiatan Apel Pagi

Mari wujudkan Merdeka belajar!




 

Saturday, November 12, 2022

Demonstrasi kontekstual modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

Bismillah. Assalamu’alaikum wr.wb.

Salam guru penggerak.

Jika saya membayangkan diri saya sudah lulus dari program Pendidikan Guru Penggerak selama tiga tahun maka ada beberapa hal yang ada dalam benak saya terkait peran-peran saya yang mewujudkan nilai-nilai guru penggerak.

Nilai pertama yang harus dimiliki guru penggerak yaitu berpihak pada murid.

Murid sedang berkolaborasi membuat teks prosedur dalam bentuk poster


Dalam tiga tahun setelah lulus pendidikan guru penggerak gambaran peran saya adalah:

 a. Menyesuaikan pembelajaran dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara saya akan tetap dan terus mengembangkan pembelajaran berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman murid. Untuk itu saya terus belajar tentang teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran, mengikuti perkembangan dunia pendidikan, terbuka pada perubahan baik dari dalam dan luar negeri akan tetapi tetap memperhatikan nilai-nilai sosial budaya lokal. Karena murid saya sekarang adalah gen Z yang memanglekat pada teknologi informasi maka saya harus juga mempelajari apa yang mereka senangi sehingga dapat saya manfaatkan dalam kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan semangat dan motivasi belajar mereka. Dalam tiga tahun kedepan, saya melakukan pembelajaran inovatif yang berpihak pada murid.

 b.Menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid

Lingkungan belajar yang berpihak pada murid tentunya akan membuat mereka nyaman dalam belajar, selama ini posisi duduk murid dan guru biasanya monoton yaitu posisi meja guru di depan kemudian meja murid berbaris berbanjar. Kedepannya posisi duduk murid itu bisa di atur sesuai dengan kesepakatan dan keinginan murid, jadi saya atau guru lain dapat mengikuti keinginan posisi nyaman murid untuk belajar pada saat itu. Posisi-posisi tersebut tidak tetap dan dapat berubah sesuaid engan suasana belajar yang diinginkan. Selain dalam hal teknis seperti tempat duduk maka perlu diperhatikan juga interaksi dan komunikasi antara murid dan guru. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid saya akan memperbanyak interaksi dengan murid. Saya dapat membangun interaksi dua arah yang positif antara saya dan murid sehingga mereka merasa nyaman dengan saya. Murid-murid saya kebanyakan adalah anak-anak yang ditinggal kerja di kebun sawit atau di ladang dari pagi hingga sore oleh orang tua mereka, dan tidak cukup mendapat perhatian dan pendampingan dalam keseharian ataupun belajar mereka. Jika mereka merasa nyaman dengan saya, harapannya mereka punya tempat bersandar dalam menghadapi berbagai macam gejolak emosi dalam dirinya maupun permasalahan denga orang lain.

Murid duduk membentuk setengah lingkaran


c. Memahami latar belakang murid.

Beberapa cara akan dilakukan untuk dapat memahami latar belakang murid ini misalnya dengan observasi, memberikan angkat yang diisi oleh murid dan juga orang tua/wali murid. Selain itu bisa juga dengan wawancara terbuka dengan murid dan orang tua/ wali murid. Selain itu juga terus mengobservasi karakter murid di kelas, di sekolah, maupun ketika dalam lingkungan msyarakat.

4.      d. Memberi dukungan penuh pada semua murid.

Semua murid mempunya nilainya masing-masing sehingga tugas saya sebagai guru adalah memberi tuntunan pada mereka agar dapat hidup selamat dan bahagia. Saya akan menggali minat dan bakat murid dan menuntun mereka untuk mengembangkannya. Saya akan memberikan dukungan, apresiasi, dan semangat pada setiap kondisi mereka baik saat mereka sukses maupun saat mereka gagal.

5.      e. Mempunyai perasaan dan perhatian yang adil pada semua murid.

Saya akan tidak membeda-bedakan murid saya apapun dan bagaimanapun perilaku mereka. Jujur saja untuk saat ini terkadang masih ada perasaan condong pada murid yang berperilaku baik, dan masih ada perasaan kesal pada murid yang sering berbuat kurang baik. Dalam tiga tahun kedepan saya akan memberi perhatian yang adil pada mereka. Memperhatikan latar belakang dan kebutuhan mereka saya akan memberikan perasaan dan perhatian sesuai dengan kebutuhan mereka.  

Hal-hal tersebut di atas sesuai dengan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid atau student agency. Dengan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka murid dapat belajar dengan bebas dan bahagia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya sebagai manusia merdeka. Dengan memberikan kebebasan dan tuntunan pada murid maka saya menjalankan peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid itu sendiri.

Nilai yang kedua adalah nilai mandiri. 

Sebagai seorang guru saya akan terus belajar, sebagai seorang manusia saya akan belajar sepanjang hayat karena guru yang baik harus terus belajar. Karena zaman terus berkembang maka untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut saya juga harus terus berkembang. Seperti yang sudah saya lakukan sampai saat ini saya bisa belajar dari manapun, tidak harus menunggu ada pelatihan dari dinas ataupun dari pihak lain. Saya akan terus belajar dari berbagai hal yang terjadi, mencari nilai-nilai positif dan memanfaatkannya untuk mewujudkan perubahan. Tidak hanya bertanya pada google, saya juga bisa memperlajari hal-hal baru dari media sosial. Dari media sosial anak-anak murid juga saya bisa mendalami karakter mereka yang dapat saya gunakan untuk menentukan pendekatan yang tepat pada kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain di sekolah. Saya akan terus mengembangkan diri untuk dapat menuntun perubahan yang positif bagi anak didik saya. Hal tersebut  sesuai dengan peran guru penggerak sebagai student agency.

Nilai yang ketiga adalah nilai reflektif. 

Sebagai seorang guru saya dituntut untuk dapat terus belajar, salah satu kegiatan belajar yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan refleksi dari pengalaman. Saya akan merefleksikan setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah baik kegiatan praktik pembelajaran maupun program sekolah kami yang lain seperti program literasi, Kamis Beriman, Shalat berjamaah, apel pagi maupun kegiatan pramuka. Dan dari setiap kegiatan refleksi tersebut akan saya tindak lanjuti untuk perubahan pendidikan yang lebih baik di sekolah. Dalam kegiatan praktik pembelajaran saya akan rutin melakukan refleksi pembelajaran dengan murid maupun meminta umpan balik dari rekan guru. Program-program sekolah juga akan saya refleksikan bersama dengan rekan guru dan kepala sekolah untuk dapat ditindak lanjuti. Dengan menguatkan nilai reflekstif ini saya juga menjalankan peran saya dalam mendorong kolaborasi.

Nilai yang keempat adalah nilai kolaboratif. 

Sebagai seorang guru penggerak saya menyadari bahwa tidak ada perubahan yang dapat dilakukan sendiri, untuk dapat membawa yang lebih baik dengan jangkauan yang lebih luas maka saya akan terus mendorong rekan guru untuk terus berkembang dan memajukan sekolah. Untuk mendorong kolaborasi tentu saja saya harus memulai dari diri sendiri sehingga rekan guru terdorong untuk mengembangkan dirinya juga untuk melakukan perubahan. Misalnya setelah saya menguikuti kegiatan Training of Trainer Read Aloud saya membagikan ilmu yang saya dapat dengan rekan-rekan disekolah dan bersama-sama mengembangkan kegiatan literasi di sekolah kami. Dengan melakukan hal sepertiitu maka saya juga menjalankan peran saya sebagai coach bagi guru lain. Selain itu kegiatan kolaborasi yang akan saya lakukan dalam tiga tahun kedepan adalah:

a.      a. Merencanakan dan melaksanakan program sekolah. Program yang sudah ada akan dipertahankan seperti program literasi di hari Senin-Rabu pagi, Program Kamis beriman di hari Kamis, Program Jumat sehat di hari Jumat, Program Shalat dhuhur berjamaah setiap hari, dan Kegiatan Pramuka di hari Sabtu. Selain itu di tiga tahun mendatang saya beharap program baru dapat dilaksanakan misalnya ekstrakurikuler berkebun (yang bisa diisi dengan menanam obat keluarga atau pengembangan hidroponik), program English day pada hari Jumat dan Hari Berbahasa Indonesia karena selama ini anak didik di sekolah terbiasa untuk memakai Bahasa Daerah bahkan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan program English day diharapkan mereka akan dapat menerapkan apa yang dipelajari di kelas Bahasa Inggris, sedangkan Hari berbahasa Indonesia dilaksanakan agar mereka dapat lebih cakap Berbahasa Indonesia. Jadi dengan menerapkan nilai guru penggerak kolaboratif ini juga saya menjalankan peran mendorong kolaborasi baik antara saya dengan murid maupun saya dengan rekan guru ataupun dengan kepala sekolah.

Anak-anak sedang beristirahat
Kegiatan apel pagi

Kegiatan senam pagi

Kegiatan shalat berjamaah

Kegiatan write around untuk literasi


b.           b. Berkolaborasi dengan orang tua murid. Disini orang tua murid dapat berperan sebagai sumber belajar sebagai praktisi seperti pada program pemerintah praktisi mengajar. Akan tetapi programnya lebih sederhana di sesuaikan dengan profesi orang tua/wali murid yang ada. Misalnya orang tua/wali murid di sekolah kebanyakan bertani, berkebun, ataupun bekerja di kebun sawit, memproduksi gula aren, ikan asin, atau kerupuk. Jadi sekali waktu orang tua dapat dilibatkan secara nyata dalam proyek bersama membuat kerupuk. Jadi dengan menerapkan nilai guru penggerak kolaboratif ini juga saya menjalankan peran mendorong kolaborasi antara  saya dengan orang tua/wali murid.

c.             c. Berkolaborasi dengan rekan guru dalam MGMP. Dalam tiga tahun ada kolaborasi dengan rekan-rekan sejawat di komunitas MGMP Comprehension tidak hanya sebatas pembuatan soal ujian akan tetapi hal lain. Yang bisa dilakukan seperti bersama-sama membuat modul pembelajaran yang dapat dipakai di wilayah kabupaten Seruyan. Dengan membuat modul ini diharapkan dapat menguatkan potensi-potensi yanga da pada anggota MGMP. Selain itu juga saya membayangkan ada kegiatan lomba yang dilakukan oleh MGMP Comprehension misalnya lomba building vocabularies, spelling Bee, storytelling, speech contest, singing contest, Make Poster, Write short story dan lain-lain. Jadi dengan menerapkan nilai guru penggerak kolaboratif ini juga saya menjalankan peran menggerakkan komunitas praktisi.

Intinya dalam kegiatan kolaborasi saya akan menguatkan kerja tim di sekolah dan  meningkatkan kolaborasi dengan orang tua murid sehingga dapat terjadi perubahan yang lebih baik di sekolah.

Sebagai guru penggerak nilai kelima yang harus saya miliki adalah nilai inovatif. 

Untuk dapat menghadirkan gagasan yang segar dan tepat guna maka saya selalu terbuka pada perkembangan zaman dan teknologi. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran, media sosial yang biasa digunakan anak-anak dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Supaya anak-anak lebih tertarik pada kegiatan pembelajaran maupun tugasnya, guru bisa memberikan contoh tugas lewat tik tok, misalnya untuk prosedur teks pada mata pelajaran Bahasa, saya memberikan contoh nyata video guru membuat sesuatu dan mengunggahnya di tiktok, murid-murid bisa mengakses video tersebut supaya emndapatkan gambaraan yang nyata. Selain itu murid akan elbihs enang jika gurunya juga melakukan kegiatan sendiri sebagai contoh bagi mereka daripada hanya menugaskan murid untuk emlakukan sesuatu. Selain itu untuk skill writing guru juga bisa memanfaatkan blog atau canva untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Untuk materi poster, greeting card, product label,atau invitation letter dapat memanfaatkan canva. Untuk membuat anak-anak bersemangat belajar Bahasa Inggris, saya juga membuat lomba sederhana misalnya lomba building vocabularies atau spelling bee. Jadi lomba ini saya adakah di akhir semester, selain supaya mereka dapat bersenang-senang di akhir semester, lomba ini juga bsa saya gunakan untuk mengetahui perkembangan kosakata mereka di awal dan akhir semester. Dalam lomba building vocabularies ini anak-anak diberikans elembar kertas jawaban dan mereka harus menuliskan sebanyak mungkin kosakata Bahasa Inggris tanpa menuliskan artinya dalam kurun waktu tertentu, untuk tingkat SMP biasanya saya memakai waktu 30 menit, untuk tingkat SMA bisa diperpanjang waktunya. Sedangkan untuk spelling bee bisa dilakukan berpasangan atau ebrkelompok 3 orang jika muridnya banyak. Jadi pada lomba ini anak-anak harus menyebutkan spelling dari kosakata yang diucapkan oleh pembawa acara lomba. Dengan menguatkan nilai inovatif ini maka saya juga menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran dan student agency.


Jadi sebagai guru saya akan memaksimalkan potensi yang ada di sekolah maupun di lingkungan sekitar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Tiga tahun kedepan saya akan tetap menyesuaikan dan memanfaatkan media dan teknologi yang dekat dengan anak supaya mereka dapat belajar dengan bebas dan bahagia. Dengan menerapkan nilai inovatif ini juga saya melaksanakan peran sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Semangat untuk terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan.

 

Monday, November 7, 2022

Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak

Assalamu’alaikum, wr.wb. 
Salam guru penggerak! 

Setelah dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak, banyak hal yang saya pelajari baik dari modul, dari rekan-rekan calon guru penggerak, facilitator, maupun instruktur. Dalam refleksi modul 1.1 ini saya akan menuliskan refleksi dengan menggunakan model 4F yaitu Facts, Feelings, Findings, Future. 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal): 
Kegiatan praktik pembelajaran


1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? Minggu ini adalah minggu pertama saya masuk sekolah setelah saya mengikuti PPG mulai bulan Juli hingga 16 Oktober 2022. Selama PPG saya mendapatkan izin untuk melaksanakan kegiatan PPG di kota dan ke sekolah saat kegiatan PPL, dan tugas mengajar saya di sekolah sementara id gantikan oleh guru yang lain. Hal tersebut karena sinyal internet di sekolah kami tidak memadai sedangkan kegiatan PPG ada kegiatan sinkronus setiap hari. Setelah PPG harusnya saya bertugas kembali di sekolah, akan tetapi ada bencana banjir. Sekolah kami terdampak banjir dan tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran selama hampir tiga minggu. Jujur saja saya dan anak-anak harus kembali saling menyesuaikan setelah 4 bulan kami tidak bertemu dalam kelas, kami hanya bertemu dalam kegiatan PPL di akhir September dan awal Oktober. Senin tanggal 7 November ini adalah minggu kedua perjumpaan kami dan saat saya melakukan aksi nyata modul 1.1. Jadwal saya adalah mengajar di kelas 7 dan kelas 9, dan saya melakukan aksi nyata ini di kelas 9. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih kelas 9, yang pertama ketika kegiatan PPL saya juga melakukan praktik pembelajaran di kelas 9 sehingga saya juga ingin tahu apakah mereka masih mengingat apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Kedua, karena jumlah siswa kelas 9 lebih banyak yaitu 7 siswa (kelas 7 di sekolah kami hanya ada 2 siswa) sehingga kegiatan kolaborasi kelompok lebih memungkinkan di lakukan. Ketika pelaksanaan PPL menggunakan model pembelajaran inovatif mereka terlihat lebih semangat belajar, sehingga saya berharap dalam pelaksanaan aksi nyata ini mereka lebih senang belajar. Materi pembelajaran minggu ini terkait dengan kegiatan yang sedang berlangsung baik di masa sekarang, masa lampau, atau masa yang akan datang, akan tetapi untuk aksi nyata kali ini saya hanya mengambil satu topik yaitu kegiatan yang sedang berlangsung saat ini di kelas, di sekolah, maupun di lingkungan sekitar (continuous activities in the present). Hal baik yang saya alami dalam proses tersebut adalah kegiatan praktik pembelajaran dapat terlaksana meskipun tidak semua siswa masuk kelas pada hari 7 November 2022. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, anak-anak mulai antusias ketika masuk dalam game atau permainan. Anak-anak yang awalnya kurang ceria akhirnya terlihat senang ketika kegiatan game baik ketika game tebak aktivitas dengan kartu ataupun ketika tebak kegiatan dari video. Anak-anak merasa senang dan terlihat tertantang untuk memenangkan game-nya. Apalagi ketika mereka mengetahui jika yang menang dalam permainan akan mendapatkan hadiah. Anak-anak tetaplah anak-anak, mereka senang bermain dan mendapat hadiah. Kesulitan yang saya hadapi adalah mindset anak-anak yang menganggap bahwa Bahasa Inggris itu sulit. Oleh karena itu saya merancang pembelajaran inovatif menggunakan model Problem Based Learning (PBL), kemudian melakukan ice breaking supaya mereka semangat, dan kegiatan pembelajaran dengan game atau permainan. Dalam praktik pembelajaran ini anak-anak bebas memilih apa yang akan mereka buat terkait dengan materi continuous activities in the present. Saya memang memberikan pilihan seperti mereka bisa membuat story board atau poster sederhana dengan kertas sampul, membuat dialog tertulis, membuat komik ataupun membuat video terkait dengan kegiatan yang sedang berlangsung di kelas, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Tugas ini akan mereka kerjakan dirumah dan akan secara bersama-sama dilihat pada pertemuan selanjutnya. Permasalahan kedua dalam pembelajaran minggu ini adalah dari 7 siswa kelas IX, ada dua siswa yang tidak masuk tanpa keterangan yang jelas. Setelah saya telusuri dari teman-temannya mereka kelelahan dan mengantuk karena pada malam sebelumnya yaitu malam Senin ada acara pernikahan sampe tengah malam. Biasanya jika terjadi hal seperti ini maka saya akan menasihati anak yang bersangkutan. Sebagai guru saya berusaha mendekatkan diri pada anak-anak agar mereka dapat mengutarakan apa yang menjadi permasalahan atau kesulitan mereka. Masalah dua anak yang tidak masuk itu sebenarnya sudah dapat saya prediksi, yang membuat saya hampir hilang kesabaran adalah ketika ada dua anak yang terlambat masuk. Saya sempat termenung dan bingung harus bagaimana menghadapi mereka. Saya merasa tidak sesuai jika saya memulai pelajaran dengan tiga siswa yang tersisa sedangkan kami akan belajar dengan bermain dalam kelompok. Bagaimana caranya saya membentuk kelompok jika siswanya hanya tiga? Akhirnya saya menunggu dua anak yang belum masuk kelas tersebut sambal bercerita dengan tiga siswa yang ada. Sebenarnya memang sulit mencegah anak-anak untuk terlambat masuk ketika waktu istirahat hanya lima belas menit dan tidak ada kantin di sekolah sehingga mereka harus berjalan ke warung di tengah desa untuk membeli minuman. Sebagai guru saya sudah menyarankan agar mereka membawa minuman sendiri dari rumah akan tetapi hal tersebut belum berhasil untuk mencegah mereka membeli es di warung. 

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut. Awalnya jujur saja saya kecewa, pelajaran Bahasa Inggris dijadwalkan setelah jam istirahat pertama dan sebelum mereka istirahat saya sudah berpesan agar jangan terlambat masuk akan tetapi tetap saja ada dua anak yang terlambat. Akan tetapi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung perasaan kecewa itu berangsur-angsur menghilang berganti dengan rasa senang. Senang karena meski terlambat dimulai mereka tetap memperhatikan apa yang sedang dipelajari. Meski awalnya sedikit tegang, mereka akhirnya lebih menikmati kegiatan pembelajaran ketika masuk pada kegiatan game yang pertama guessing game atau kegiatan game yang kedua menebak kegiatan dari video dengan memilih pilihan jawaban yang tepat.
Game babak pertama: Siswa mempraktikkan aktifitas yang ada di kartu dan teman sekelompoknya
menebak aktifitas tersebut dalam kalimat lengkat present continuous tense


Game babak kedua: Siswa menebak aktifitas yang ada di video dalam 


3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? Setelah kejadian hari ini saya merasa bahwa sebagai guru saya harus lebih banyak bersabar dan tidak mudah kecewa. Jika saya sudah pada tahap ingin marah atau kecewa, saya harus mengingat kembali hakikat pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Tugas saya adalah menuntun, jadi bagaimana saya bisa menuntun anak didik saja jika saya belum selesai dengan emosi saya sendiri? Setelah kelas hari ini saya menemukan bahwa saya bisa lebih bersabar, dan keadaan akan baik-baik saja. Jika tadi saya marah karena dua anak yang terlambat lebih dari lima belas menit tadi mungkin keadaan tidak akan lebih baik, dan mungkin saja saya menyakiti perasaan mereka. Saya memberikan apresiasi pada diri saya karena dapat menahan diri dan menasihati mereka setelah kelas selesai. 


4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa. Kedepannya saya harus bisa mengantisipasi kejadian serupa dan mencari berbagai alternatif solusi. Anak-anak terlambat lebih dari lima belas menit dapat merugikan teman-teman sekelasnya sehingga saya harus mencari solusi agar anak-anak dapat lebih disiplin. Menebalkan karakter baik anak adalah salah satu tugas guru, oleh karenanya saya berharap bisa belajar lebih banyak dari guru-guru rekan calon guru penggerak, facilitator, dan juga instruktur agar kelas saya berjalan lebih baik dan anak didik saya tumbuh menjadi anak yang berkarakter baik.

Mari wujudkan merdeka belajar!

Friday, November 4, 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Salam guru penggerak!
Assalamu'alaikum wr.wb.

Apa kabar bapak ibu/guru hebat? Kali ini saya akan menuliskan tentang koneksi antar materi pada modul 1.1 pendidikan guru penggerak. Ada tiga pertanyaan yang harus terjawab dalam pemaparan koneksi antar materi ini yaitu:
  1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?
  2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
  3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Sebagai guru kita tidak bisa berhenti belajar. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa saya ikut seleksi guru penggerak. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan seleksi akhirnya luluslah saya menjadi calon guru penggerak angkatan 7. Sebelum mengikuti pendidikan guru penggerak ada beberapa hal yang masih saya percayai meskipun saya sudah emngikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam kegiatan PPG memang diajarkan bagaimana untuk membuat perangkat pembelajaran yang baik, apa saja model pembelajaran inovatif. Kegiatan tersebut juga diawali dengan identifikasi masalah, ekplorasi penyebab masalah, penentuan masalah utama hingga akhirnya membuat solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam bentuk perangkat pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan PPL. Untuk kegiatan pembelajaran inovatif dan bagaimana menyusunnya saya sudah mempunyai pemahaman, akan tetapi masih ada beberapa hal yang saya percayai bahkan sebelum saya mempelajari modul 1.1 yaitu:
  1. modul, strategi, dan metode pembelajaran yang dipilih guru adalah untuk mengantarkan murid agar tuntas memenuhi KKM;
  2. guru dapat memilih untuk menentukan media belajar yang akan digunakan murid dalam kegiatan belajarnya.
  3. murid harus tuntas dalam semua mata pelajaran. 
Kegiatan belajar building vocabularies

Kegiatan belajar menggunakan media video 

2.             Jadi anak-anak belum mendapatkan kebebasannya dalam belajar. Setelah mempelajari modul 1.1 pada kegiatan guru penggerak, pemikiran saya terkait kegiatan pembelajaran dan murid tersebut telah berubah. Yang pertama, pendidik harus dapat menerapkan trilogi pendidikan Ing Ngarso Sung Tolodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Dalam perannya sebagai guru maka seorang guru di depan harus dapat memberikan contoh atau teladan bagi muridnya. Seorang guru tidak dapat hanya mengatakan bahwa murid dapat emlakukan A atau B untuk dapat mencapai tujuannya tapi guru harus memberikan contoh. Misalnya seorang guru mengatakan bahwa murid harus datang ke sekolah tepat waktu, maka guru harus terlebih dahulu mencontohkan dengan datang lebih awal dari muridnya. Kemudian di tengah guru harus dapat memberikan semangat pada murid-muridnya. Dalam setiap kesempatan hendaknya guru dapat membangkitkan semangat agar anak muridnya dapat mempunyai keinginan kuat dan tenaga untuk mencapai tujuan hidupnya. Di belakang guru harus memberikan dorongan pada muridnya agar senantiasa dapat mengembangkan diri untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. 

Kegiatan pembelajaran menggunakan model PJBL


            Yang kedua, seorang guru harus menghamba pada murid. Jadi apapun yang dilakukan seorang guru dalam kegiatan pendidikannya haruslah berorientasi pada murid. Praktik pembelajaran yang dilakukan haruslah memikirkan kebutuhan dan keinginan murid bukan keinginan guru. Guru bukan lagi pusat dalam kegiatan tapi murid lah yang menjadi tujuan dalam pendidikan. Murid mempunyai kodratnya masing-masing sehingga guru tidak dapat memaksakan kehendaknya pada murid.

Presentasi hasil karya label sederhana

             Yang ketiga pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman jadi dalam mendidik anak tidak dapat dipisahkan dari dunianya. Pendidikan di suatu daerah mungkin berbeda dengan pendidikan di daerah yang lain. Dalam pendidikan, guru tidak dapat memisahkan anak dari dunianya. Misalnya untuk murid di pedesaan daerah 3T seperti sekolah saya, dalam kegiatan pembelajaran procedure text maka akan lebih mengena pada anak murid jika yang dicontohkan adalah "how to make Juhu Rimbang" (Juhu Rimbang adalah makanan khas daerah Kalimantan), atau "how to operate Kelotok" daripada mencontohkan "how to make honey garlic Salmon" atau "how to operate microwave" karena mereka di tempat kami mereka tidak akan menemukan ikan Salmon atau Microwave. Akan tetapi mereka juga dapat dicontohkan hal-hal yang diluar kearifan lokal daerahnya untuk memberikan wawasan global. Jadai guru dapat menggunakan media seperti video untuk membuat kegiatan pembeljaran lebih menarik.

     Yang keempat anak harus dapat kemerdekaannya dalam belajar sehingga mereka dapat belajar dengan bahagia. Berdasarkan pemikiran KHD, anak merdeka untuk belajar, anak dapat bebas memilih untuk belajar dengan cara mereka sendiri untuk mencapai tujuannya. Guru tidak lagi dapat menentukan murid harus belajar dengan cara A atau B, tugas guru hanyalah menuntun murid untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidupnya. Dalam kemerdekaannya belajar, murid haruslah tetap emndaparkan tuntunan dari guru hingga seorang murid dapat menjadi manusia yang merdeka nantinya. 


          Yang kelima dalam pendidikan haruslah terjadi perubahan perilaku. Berdasarkan teori Convergentie disebutkan bahwa watak ada dua, yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan kecerdasan dan yang tidak dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan dasar hidup manusia. Watak yang tidakd dapat dibubah tersebut misalnya adalah rasa takut, malu, kecewa, iri, egois, dll karena rasa ini tidak akan hilang, hanya dapat tertutup dan masih dapat muncul secara tiba-tiba. Oleh karena itu tugas guru adalah memberikan pendidikan yang baik sehingga murid dapat menguasai diri secara tetap dan kuat yang nantinya akan dapat melenyapkan tabiat-tabiat yang tidak baik.  

        Setelah memahami bagaimana pendidikan berdasarkan pemikiran KHD maka haruslah ada yang berubah dari praktik pembelajaran yang diterapkan di kelas maupun di sekolah.  Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas anda mencerminkan pemikiran KHD?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:  

  •    Merancang pembelajaran yang berpusat pada murid menggunakan strategi, model, metode pembelajaran yang inovatif. Dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru dapat menyesuaikan model dan strategi pembelajaran dengan karakteristik materi dan karakteristik murid sehingga praktik pembelajaran menyenangkan.
  •    Membuat kesepakatan kelas. Dengan membuat kesepakatan kelas maka murid dapat bebas mengutarakan pendapatnya tentang bagaimana mereka ingin kegiatan belajar berlangsung
  •       Melakukan ice breaking. Agar murid tidak bosan maka guru dapat emlakukan ice breaking tidak hanya di awal kegiatan pembelajaran tetapi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di kelas.
  •      Membuat Yel-yel yang menumbuhkan semangat belajar murid. Guru dapat mengajak murid untuk emmbuat yel-yel kelasnya sehingga setiap kelas mempunyai ciri khasnya masing-masing.
  •    Menguatkan karakter baik pada anak dengan merefleksikan kembali program sekolah seperti kegiatan literasi pada Senin-Rabu, Kamis beriman, Shalat berjama’ah dan Jumat Sehat, Salam dan salim. Setelah dilakukan refleksi maka dapat di analisis apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus di perbaiki dan di tindak lanjuti.
Dalam pendidikan berdasarkan pemikiran KHD, pendidikan harus berpihak pada murid. Dan guru harus dapat menjalankan trilogi pendidikan
 Ing Ngarso Sung Tolodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Mari wujudkan merdeka belajar. 

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Salam Guru Penggerak. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”   ( Teach...