Tuesday, June 28, 2022

Literasi Tak Selalu Hanya Membaca. Yuk Menulis dengan Metode Write Around!

 

Hi, morning good people!

Manjadi guru artinya harus selalu belajar. Entah meng-update ilmu pengetahuan terkait bidang kita masing-masing, meng-upgrade kemampuan diri atau juga meng-update drama dan novel terhits tahun ini. (dua terakhir sih kelakuanku aja ya…)

Di sisi lain, menjadi guru artinya juga jadi muda dan jadi dewasa di saat yang bersamaan. Bagaimana tidak, kita harus paham seluk beluk siswa yang artinya kita harus masuk ke dunia mereka. Kalau nggak tahu dunianya gimana caranya kita bisa memahami mereka? Tapi disaat yang bersamaan kita juga adalah orang dewasa yang seharusnya bisa jadi sandaran, tumpuan, acuan, tempat keluh kesah, dan lain sebagainya bagi mereka (kadang kita juga jadi bahan untuk mereka menggosip di grup kelas, ye kan?? Hehehe…)

Beberapa kegiatan terkadang memang melelahkan, ya jujur saja disaat-saat tertentu bahkan kadang aku merasa kehilangan semangat. Salah satu kegiatan yang aku mulai dan sudah rutin dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan literasi. Sejak sekolah kami diizinkan untuk mengadakan pertemuan tatap muka, kegiatan literasi ini rutin kami lakukan. Harapanku nggak muluk-muluk, nggak setinggi langit, sementara aku cuma berharap beberapa siswaku yang kurang lancar membaca ini akan lancar membaca, siswa-siswaku yang buta nada (entah titik, entah koma, entah tanda tanya semua nadanya sama) itu bisa membaca dengan intonasi yang benar, siswaku yang kemarin membacanya masih mengeja (iya, nggak salah baca. Siswaku kelas VII ada yang membacanya masih macam gini) bisa membaca tanpa mengeja. Apa harapanku terlalu tinggi?

Dalam kegiatan literasi ini aku belum pernah memakai buku-buku science fiction atau non-fiction, bisa-bisa mereka kabur duluan. Aku cuma memakai buku-buku fiksi yang aku ambil dari beberapa situs online seperti www.letsreadathome.org , https://storyweaver.org.in/ , atau https://buku.kemdikbud.go.id/ . Kegiatannya pun nggak sulit, kami membaca nyaring di kelas, kemudian biasanya aku tanya-tanya tentang kosakatanya (kalau ada kosakata yang menurutku sulit atau baru bagi mereka selalu aku tuliskan di papan dan aku jelaskan artinya), kalau satu buku sudah habis kami baca biasanya ada satu atau dua siswa menceritakan Kembali di kelas. Satu buku bisa baru habis kami baca dalam lima hari literasi. Kelihatannya mudah kan? Kelihatannya aja…

Berhasilkah tujuan yang ingin kucapai? Well, nggak semua tapi lumayan. Satu siswaku masih sulit banget membaca, aku bingung sudah harus gimana. Apalagi dihadapkan dengan tangisannya, subhanallah, semoga aku selalu awet muda macam Son Ye Jin (hahahahaha….).

Aku paham anak-anak adalah makhuk yang gampang bosan (aku juga sih), jadi kegiatan literasi ini biasa aku selingi dengan kegiatan menulis. Ya tak bis akitapungkiri keterkaitan antara kemampuan kita memahami bacaan dan kemampuan kita menuangkan ide. Beberapa kegiatan menulis aku sesuaikan dengan buku yang sedang kami baca, misalnya:

1.      1. enuliskan satu kesulitan hidup mereka dan bagaimana cara mereka mengatasinya (ketika selesai membaca buku berjudul “Sang Penyembuh oleh Allyson Curro”)

2.        2. Menuliskan mereka ingin jadi apa 10 tahun kedepan (ini kami lakukan ketika selesai membaca buku “Sang Doctor oleh Allyson Curro”)

3.      3. Menuliskan 3 kelebihan dan 3 kelemahan mereka dan bagaimana itu berpengaruh dalam kegiatan mereka sehari-hari.

4.      Menulis bebas dengan metode write around (disini aku menuliskan sebuah kalimat pembuka di papan tulis, kemudian siswa secara bergiliran melanjutkan kalimat yang aku tulis di papan supaya nantinya jadi satu cerita, setiap siswa bertanggung jawab menuliskan satu kalimat yang kalimatnya seharusnya terkait dengan kalimat selanjutnya dan nggak keluar dari topik.)

Riwan (siswa kelas VII) sedang melanjutkan cerita.


Sofi (siswa kelas VIII) menutup cerita

Write around ini yang biasanya seru, setelah beberapa siswa sudah menulis indah terkait kalimat sebelumnya, kadang ada aja siswa yang nulis out of topic dan itu jelas mengacaukan jalan cerita. Kadang bisa jadi kelahi juga ini, kawan yang dapat giliran setelahnya bisa ngamuk. (geli juga aku baca cerita mereka.)

 

Siswanya sedikti tapi suaranya "banyak"

Ceritanya berliku-liku meskipun kalimat awal yang aku tulis sangat sederhana

Yaaaa, apapun hasilnya aku berusaha tetap semangat. Mencapai sesuatu sering tidak mudah, sering aku harus menguatkan diriku sambil mikirin gimana caranya supaya tujuan-tujuan pembelajaran ini tercapai (kadang sambal kutinggal nonton drama, baca novel atau nge-rant di blog sih biar aku tetap waras aja).

Nah beberapa tips dari aku untuk kegiatan menulis write around ini:

1. Untuk bapak/ibu guru, tulislah kalimat pertama yang sederhana. Sungguh nggak usah muluk-muluk menulis kalimat kompleks atau compound complex. Perhatikan kemampuan siswa kita, aku yakin bapak/ibu guru ini paling jago memahami.

2. Pilihlah topik yang menarik untuk siswa kita, topik yang sedang hits. Bisa juga disesuaikan dengan suasana. Nggak usah terlalu serius topiknya, ini bukan menulis essay, ini cuma salah satu usaha supaya anak-anak belajar menulis dengan mengembangkan ide.

3. Jangan lupa Bapak/ Ibu guru siapkan mental, siapa tahu tulisan siswanya melenceng dari jalur. Meskipun ini bisa saja terjadi (seperti di kegiatan write around kami yang pertama) tapi mohon bapak/ibu jangan marah-marah nanti cepat tua. Sabarlah, bimbing siswa kita. 

Membaca dan menulis bisa seiring sejalan. Banyak buku bagus yang bisa kita akses online and free, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya saja. 

Happy Weekdays! (Tapi ini lagi libur semester Genap ya... )


Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Salam Guru Penggerak. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”   ( Teach...