Monday, November 7, 2022

Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak

Assalamu’alaikum, wr.wb. 
Salam guru penggerak! 

Setelah dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak, banyak hal yang saya pelajari baik dari modul, dari rekan-rekan calon guru penggerak, facilitator, maupun instruktur. Dalam refleksi modul 1.1 ini saya akan menuliskan refleksi dengan menggunakan model 4F yaitu Facts, Feelings, Findings, Future. 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal): 
Kegiatan praktik pembelajaran


1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? Minggu ini adalah minggu pertama saya masuk sekolah setelah saya mengikuti PPG mulai bulan Juli hingga 16 Oktober 2022. Selama PPG saya mendapatkan izin untuk melaksanakan kegiatan PPG di kota dan ke sekolah saat kegiatan PPL, dan tugas mengajar saya di sekolah sementara id gantikan oleh guru yang lain. Hal tersebut karena sinyal internet di sekolah kami tidak memadai sedangkan kegiatan PPG ada kegiatan sinkronus setiap hari. Setelah PPG harusnya saya bertugas kembali di sekolah, akan tetapi ada bencana banjir. Sekolah kami terdampak banjir dan tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran selama hampir tiga minggu. Jujur saja saya dan anak-anak harus kembali saling menyesuaikan setelah 4 bulan kami tidak bertemu dalam kelas, kami hanya bertemu dalam kegiatan PPL di akhir September dan awal Oktober. Senin tanggal 7 November ini adalah minggu kedua perjumpaan kami dan saat saya melakukan aksi nyata modul 1.1. Jadwal saya adalah mengajar di kelas 7 dan kelas 9, dan saya melakukan aksi nyata ini di kelas 9. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih kelas 9, yang pertama ketika kegiatan PPL saya juga melakukan praktik pembelajaran di kelas 9 sehingga saya juga ingin tahu apakah mereka masih mengingat apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Kedua, karena jumlah siswa kelas 9 lebih banyak yaitu 7 siswa (kelas 7 di sekolah kami hanya ada 2 siswa) sehingga kegiatan kolaborasi kelompok lebih memungkinkan di lakukan. Ketika pelaksanaan PPL menggunakan model pembelajaran inovatif mereka terlihat lebih semangat belajar, sehingga saya berharap dalam pelaksanaan aksi nyata ini mereka lebih senang belajar. Materi pembelajaran minggu ini terkait dengan kegiatan yang sedang berlangsung baik di masa sekarang, masa lampau, atau masa yang akan datang, akan tetapi untuk aksi nyata kali ini saya hanya mengambil satu topik yaitu kegiatan yang sedang berlangsung saat ini di kelas, di sekolah, maupun di lingkungan sekitar (continuous activities in the present). Hal baik yang saya alami dalam proses tersebut adalah kegiatan praktik pembelajaran dapat terlaksana meskipun tidak semua siswa masuk kelas pada hari 7 November 2022. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, anak-anak mulai antusias ketika masuk dalam game atau permainan. Anak-anak yang awalnya kurang ceria akhirnya terlihat senang ketika kegiatan game baik ketika game tebak aktivitas dengan kartu ataupun ketika tebak kegiatan dari video. Anak-anak merasa senang dan terlihat tertantang untuk memenangkan game-nya. Apalagi ketika mereka mengetahui jika yang menang dalam permainan akan mendapatkan hadiah. Anak-anak tetaplah anak-anak, mereka senang bermain dan mendapat hadiah. Kesulitan yang saya hadapi adalah mindset anak-anak yang menganggap bahwa Bahasa Inggris itu sulit. Oleh karena itu saya merancang pembelajaran inovatif menggunakan model Problem Based Learning (PBL), kemudian melakukan ice breaking supaya mereka semangat, dan kegiatan pembelajaran dengan game atau permainan. Dalam praktik pembelajaran ini anak-anak bebas memilih apa yang akan mereka buat terkait dengan materi continuous activities in the present. Saya memang memberikan pilihan seperti mereka bisa membuat story board atau poster sederhana dengan kertas sampul, membuat dialog tertulis, membuat komik ataupun membuat video terkait dengan kegiatan yang sedang berlangsung di kelas, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Tugas ini akan mereka kerjakan dirumah dan akan secara bersama-sama dilihat pada pertemuan selanjutnya. Permasalahan kedua dalam pembelajaran minggu ini adalah dari 7 siswa kelas IX, ada dua siswa yang tidak masuk tanpa keterangan yang jelas. Setelah saya telusuri dari teman-temannya mereka kelelahan dan mengantuk karena pada malam sebelumnya yaitu malam Senin ada acara pernikahan sampe tengah malam. Biasanya jika terjadi hal seperti ini maka saya akan menasihati anak yang bersangkutan. Sebagai guru saya berusaha mendekatkan diri pada anak-anak agar mereka dapat mengutarakan apa yang menjadi permasalahan atau kesulitan mereka. Masalah dua anak yang tidak masuk itu sebenarnya sudah dapat saya prediksi, yang membuat saya hampir hilang kesabaran adalah ketika ada dua anak yang terlambat masuk. Saya sempat termenung dan bingung harus bagaimana menghadapi mereka. Saya merasa tidak sesuai jika saya memulai pelajaran dengan tiga siswa yang tersisa sedangkan kami akan belajar dengan bermain dalam kelompok. Bagaimana caranya saya membentuk kelompok jika siswanya hanya tiga? Akhirnya saya menunggu dua anak yang belum masuk kelas tersebut sambal bercerita dengan tiga siswa yang ada. Sebenarnya memang sulit mencegah anak-anak untuk terlambat masuk ketika waktu istirahat hanya lima belas menit dan tidak ada kantin di sekolah sehingga mereka harus berjalan ke warung di tengah desa untuk membeli minuman. Sebagai guru saya sudah menyarankan agar mereka membawa minuman sendiri dari rumah akan tetapi hal tersebut belum berhasil untuk mencegah mereka membeli es di warung. 

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut. Awalnya jujur saja saya kecewa, pelajaran Bahasa Inggris dijadwalkan setelah jam istirahat pertama dan sebelum mereka istirahat saya sudah berpesan agar jangan terlambat masuk akan tetapi tetap saja ada dua anak yang terlambat. Akan tetapi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung perasaan kecewa itu berangsur-angsur menghilang berganti dengan rasa senang. Senang karena meski terlambat dimulai mereka tetap memperhatikan apa yang sedang dipelajari. Meski awalnya sedikit tegang, mereka akhirnya lebih menikmati kegiatan pembelajaran ketika masuk pada kegiatan game yang pertama guessing game atau kegiatan game yang kedua menebak kegiatan dari video dengan memilih pilihan jawaban yang tepat.
Game babak pertama: Siswa mempraktikkan aktifitas yang ada di kartu dan teman sekelompoknya
menebak aktifitas tersebut dalam kalimat lengkat present continuous tense


Game babak kedua: Siswa menebak aktifitas yang ada di video dalam 


3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? Setelah kejadian hari ini saya merasa bahwa sebagai guru saya harus lebih banyak bersabar dan tidak mudah kecewa. Jika saya sudah pada tahap ingin marah atau kecewa, saya harus mengingat kembali hakikat pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Tugas saya adalah menuntun, jadi bagaimana saya bisa menuntun anak didik saja jika saya belum selesai dengan emosi saya sendiri? Setelah kelas hari ini saya menemukan bahwa saya bisa lebih bersabar, dan keadaan akan baik-baik saja. Jika tadi saya marah karena dua anak yang terlambat lebih dari lima belas menit tadi mungkin keadaan tidak akan lebih baik, dan mungkin saja saya menyakiti perasaan mereka. Saya memberikan apresiasi pada diri saya karena dapat menahan diri dan menasihati mereka setelah kelas selesai. 


4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa. Kedepannya saya harus bisa mengantisipasi kejadian serupa dan mencari berbagai alternatif solusi. Anak-anak terlambat lebih dari lima belas menit dapat merugikan teman-teman sekelasnya sehingga saya harus mencari solusi agar anak-anak dapat lebih disiplin. Menebalkan karakter baik anak adalah salah satu tugas guru, oleh karenanya saya berharap bisa belajar lebih banyak dari guru-guru rekan calon guru penggerak, facilitator, dan juga instruktur agar kelas saya berjalan lebih baik dan anak didik saya tumbuh menjadi anak yang berkarakter baik.

Mari wujudkan merdeka belajar!

No comments:

Post a Comment

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Salam Guru Penggerak. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”   ( Teach...