Wednesday, February 22, 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Salam Guru Penggerak. 

Pembelajaran berdiferansiasi digadang-gadang dapat membantu murid untuk mencapai tujuan belajarnya, jadi tidak ada lagi murid yang tidak mencapai tujuan belajarnya. Lalu apakah demikian? Apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi? Bagaimana guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas? 

 Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. (Tomlinson, 1999:14) 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan keputusan-keputusan yang di ambil oleh seorang guru berdasarkan kebutuhan murid dan bagaimana guru tersebut merespon kebutuhan muridnya. Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan murid untuk membantu murid mencapai tujuan belajar. Seorang guru harus memperhatikan berbagai aspek agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan seperti tujuan pembelajaran yang jelas, bagaimana menanggapi dan merespon kebutuhan belajar muridnya, bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan keinginan murid untuk belajar dan mencapai tujuannya, manajemen kelas yang efektif, dan penilaian berkelanjutan. 

Bersama Kepala Sekolah dan murid setelah menari Manasai


Pembelajaran diferensiasi tidak bisa dilakukan begitu saja, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh guru. Karena pembelajaran berdiferensiasi mengacu pada pemenuhan kebutuhan belajar murid maka guru terlebih dahulu harus memetakan kebutuhan belajar murid-muridnya. 

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru terkait kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. 

Setiap murid mempunyai kesiapan yang berbeda sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Kesiapan Belajar (Readiness) ini terkait dengan kesiapan untuk mempelajari materi atau konsep baru. Kesiapan belajar ini penting untuk di identifikasi karena dengan mempertimbangkan kesiapan belajar dapat membantu murid untuk menguasai materi/atau keterampilan baru, tentu saja dengan dukungan lingkungan belajar yang positif. 

Selain kesiapan, minat murid juga berbeda. Lalu apakah guru tidak dapat membuat murid berminat dalam belajar? Tentu saja bisa. Akan tetapi guru hanya dapat menciptakan minat situasional dalam kelas. Minat situasional adalah minat seseorang yang berkembang atau muncul sebagai hasil dari situasi tertentu. Ini adalah minat yang tidak stabil dan tidak bersifat permanen. Minat situasional dapat timbul sebagai hasil dari kegiatan atau proyek yang sedang dilakukan, dan dapat berubah atau hilang setelah situasi berubah. Jadi seorang guru dapat menumbuhkan minat situasional dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Sedangkan minat yang konsisten dan permanen adalah minat individu yang berkembang dari dalam diri individu dan mempengaruhi identitas kepribadian mereka. Seorang guru harus memahami kedua jenis minat ini agar dapat menentukan cara terbaik untuk memfasilitasi dan meningkatkan minat seseorang dalam bidang tertentu. 

Hal terakhir terkait kebutuhan belajar murid yang harus diperhatikan adalah profil belajarnya. Profil belajar murid adalah deskripsi dari gaya belajar, preferensi, dan kemampuan murid dalam proses belajar. Ini termasuk informasi tentang bagaimana mereka menyerap, memahami, dan mengaplikasikan informasi baru. Jadi dengan memperhatikan profil belajar murid, seorang guru diharapkan mampu memberikan kesempatan pada murid untuk belajar secara alami dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajarnya.

Seorang guru dapat melakukan berbagai cara untuk mengetahui kebutuhan belajar muridnya. Bisa saja dengan bertanya langsung pada murid-murid tentang apa yang mereka sukai, apa yang mereka inginkan dalam belajar, bagaimana cara mereka belajar, apa yang mereka ketahui tentang materi yang akan di pelajari dan lain-lain. Bisa saja dengan memberikan angket terkait gaya belajar mereka, atau melakukan asesmen diagnostik awal. Yang saya lakukan untuk mengetahui profil belajar dan minat murid adalah dengan memberikan mereka angket. Ada banyak contoh angket yang bisa gunakan. Untuk tes diagnostik awal dapat dilaksanakan ketika penerimaan murid baru sehingga di awal semester semua guru sudah mendapatkan data tentang profil belajar murid sehingga guru dapat menyesuaiakn pembelajarannya. Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajarnya, seorang guru dapat memetakan murid-muridnya. 
Murid mengisi angket gaya belajar

Sebagai manusia kita punya kecenderungan untuk lebih baik dalam melakukan segala sesuatu tersebut sesuai dengan diri kita, begitu juga dengan murid kita. Mereka dapat belajar lebih maksimal jika kegiatan pembelajarannya terkait dengan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya, memicu rasa ingin tahu mereka tapi tetap memberikan mereka kesempatan untuk melakukan apa yang mereka sukai. 


Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal? Guru dapat menyesuaikan kebutuhan murid dengan model dan metode pembelajarannya. 

Ada tiga jenis diferensiasi yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu differensiasi konten, differensiasi proses, dan diferensiasi produk. 


Dalam diferensiasi konten guru dapat menyediakan berbagai macam sumber yang dapat di akses oleh murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya misalnya dalam bentuk teks, video, atau cerita bergambar. Dalam pembelajaran Bahasa dengan materi teks Deskriptif, guru dapat menyediakan materi dalam bentuk tulis ataupun video. Selain itu guru juga dapat memvariasikan bentuk teks deskriptif dalam level kesulitan kosakata dan tata bahasa sesuai dengan kebutuhan murid. Untuk murid yang pengetahuan awalnya baik maka guru dapat memebrikan teks deskriptif dengan tingkat yang lebih sulit, sedangkan untuk murid yang kurang dapat diberikan teks dengan kosakata yang lebih mudah. 

Sedangkan diferensiasi proses dapat dilakukan untuk mengakomodir perspektif belajar murid yang beragam. Ada murid yang mempunyai kesiapan belajar baik sehingga memerlukan sedikit tuntunan saja, ada juga murid yang kesiapan belajarnya kurang baiks ehingga memerlukan lebih banyak tuntunan dari guru salam proses belajarnya. Dalam hal lain ada murid yang cepat ada juga yang lambat dalam belajar sehingga guru perlu memberikan variasi waktu penyelesaian tugas. Guru juga dapat mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi berbagai gaya belajar. Misalnya saja untuk murid yang gaya belajarnya kinestetik guru perlu menyediakan kegiatan yang memerlukan aktivitas gerak, sedangkan untuk murid visual guru memberikan kegiatan yang menarik mereka secara visual. 
Proses belajar murid sesuai kebutuhannya

Dalam kegiatan pembelajaran murid memahami materi secara berkelompok


Kegiatan pembelajaran selalu mempunyai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ada sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang ingin dicapai. Untuk mencapai suatu keterampilan, guru dapat memvariasikan “produk” dalam kegiatan belajarnya. Misalnya saja untuk pelajaran Bahasa dengan materi Teks Deskriptif, guru dapat memvariasikan tugas muridnya dalam berbagai bentuk misalnya “menulis cerita deskripsi” bagi murid yang suka menulis, “membuat video mendeskripsikan sesuatu” untuk murid yang audio visual, bahkan “membuat vlog tentang suatu tempat” untuk murid yang kinestetik dan membutuhkan pelibatan aktivitas gerak dalam tugasnya. Murid dapat memilih untuk membuat produk yang mana guna menerapkan pengetahuan yang didapatnya dari kegiatan pembelajaran dengan materi Teks Deskriptif. 
Murid dapat membuat produk sesuai minatnya



Lalu apakah semua harus dilakukan? Bisakah semua itu diterapkan? Semua tergantung pada Bapak/Ibu guru dan kebutuhan belajar muridnya. Guru bisa saja hanya menerapkan diferensiasi konten, proses, atau produknya saja atau dua diantara tiga atau bahkan ketiganya. Bapak/Ibu guru sendiri yang dapat memutuskannya setelah emngidentifikasi kebutuhan murid. Dengan mempertimbangkan kebutuhan murid tersebut dan menindaklanjutinya dalam kegiatan pembelajaran berdiferensaisi diharapkan murid mendapatkan hasil belajar yang optimal. 

Kegiatan pembelajaran berdiferensiasi ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa guru hanya menuntun tumbuh kembang anak yang mempunyai keunikan beragam sesuai kodratnya. Selain itu, menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan anak juga sesuai dengan pemikiran KHD bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada anak. Dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi anak mendapatkan kemerdekaannya dalam belajar, mereka dapat belajar sesuai dengan gaya belajar, minat dan juga profil belajarnya masing-masing. 


Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi salah satu cara untuk menjalankan peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid (student agency). Selain itu dalam pembelajaran berdiferensaisi ini guru juga menerapkan nilai dirinya sebagai guru penggerak yaitu selalu berpihak pada murid, inovatif, dan reflektif. Jika dapat menjalankan peran dan nilai tersebut maka diharapkan semua kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi. 

Pembelajaran berdiferensiasi membuat murid menggali potensi yang ada dalam dirinya sehingga tercapai tujuan belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi guru menghargai keberagaman murid sehingga murid akan terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, penguasaan, dan juga kebebasan. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri murid untuk mencapai tujuan belajarnya. Pada akhirnya hal-hal tersebut dapat menumbuhkan disiplin positif dalam diri murid. 

Memang “tak ada gading yang tak retak” tapi sebagai guru sudah seharusnya kita berusaha untuk selalu memperbaiki kegiatan pembelajaran kita. Sebagai guru teruslah berusaha untuk emmenuhi kebutuhan belajar murid-murid seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” 

Salam Merdeka Belajar.

No comments:

Post a Comment